Rusia Targetkan Produksi 18 Ribu Drone per Tahun
DIPLOMASI REPUBLIKA, MOSKOW – Rusia meyakini industri drone atau pesawat nirawak mereka memiliki prospek bagus. Presiden Vladimir Putin menuturkan, Kamis (27/4/2023), industri drone Rusia sebentar lagi bernilai 1 triliun rubel atau 12,25 miliar dolar AS jika peningkatan produksi dilakukan.
Akhir tahun lalu, Putin menekankan agar Rusia terus meningkatkan jumlah produksi pesawat tanpa awak (UAV) serta menciptakan infrastruktur untuk memperluas penggunaan drone baik untuk keperluan militer maupun kalangan sipil.
Saat itu, menurut Putin, dirinya dan para eksekutif yang terlibat dalam produksi drone memperkirakan industri ini tak lama lagi bisa bernilai 500 miliar rubel. Semua sepakat, nilai tersebut merupakan perkiraan konservatif.
‘’Kemungkinan besar, jika semua bersatu bersama negara, aktif bergerak, tak lama lagi akan bernilai 1 triliun rubel,’’ kata Putin dalam pidato yang disiarkan televisi pemerintah. Apalagi, tahun lalu Putin mendorong dibuatnya cetak biru produksi drone hingga 2030.
Deputi Pertama Perdana Menteri Rusia Andrei Belousov mengatakan, rencana itu diharapkan dapat tercapai pada 1 Juli mendatang. ‘’Pada akhir 2026, Rusia mesti bisa membuat 18 ribu drone per tahun,’’ katanya menegaskan.
Putin yang berbicara setelah mengunjungi kawasan industri di Moskow yang dikhususkan untuk pembuatan drone, mendesak agar UAV bisa digunakan secara virtual demi kemajuan di berbagai aspek ekonomi. Dengan demikian nilainya kian bertambah tinggi.
Di sisi lain, Rusia memang telah memproduksi drone tetapi teknologinya belum terlalu maju. Karena itu, Moskow memilih menggunakan Shaded, drone buatan Iran, dalam serangan yang mereka lakukan terhadap Ukraina.
Salah seorang eksekutif yang berkecimpung di industri ini, menyatakan, drone bisa dimanfaatkan untuk membantu para petani. Putin pun sepakat dengan pandangan ini. Ia meminta kementerian pertanian memanfaatkannya untuk kemajuan pertanian Rusia.
Cina ingatkan Taiwan
Secara terpisah, Kamis (27/4/2023), Cina mengingatkan Taiwan telah mengundang ‘serigala’ ke dalam rumah dengan menjadi tuan rumah forum industri pertahanan AS pekan depan. Cina menilai, melalui industri tersebut AS mengekspor perang untuk menuai untung.
AS merupakan pemasok utama senjata bagi Taiwan meski tak memiliki hubungan diplomatik formal. Kondisi seperti inilah yang memantik ketegangan antara Beijing dan Washington.
The US-Taiwan Business Council bersama Taiwan External Trade Development Council, menjadi tuan rumah Taiwan-U.S. Defense Industry Forum di Taipei pada Rabu mendatang. Ini mewadahi perusahaan AS dan Taiwan untuk mempererat kemitraan.
Dalam konferensi pers bulanan, jubir Kemenlu Cina, Tan Kefei menyatakan, Cina menaruh perhatian pada forum tersebut. ‘’Industri militer AS selalu berupaya menjual senjata ke seluruh dunia, mengekspor perang, dan mencari keuntungan dari sana.’’
Menurut dia, partai berkuasa di Taiwan, Democratic Progressive Party, menghadirkan bahaya ke dalam negeri. ‘’Mereka membawa serigala ke dalam rumah, hanya akan melahirkan bencana bagi para sejawatnya di dalam negeri,’’ katanya. n (reuters/fer)