Rohingya Enggan Kembali ke Myanmar
DIPLOMASI REPUBLIKA, DHAKA – Rohingya yang kini di kamp-kamp pengungsian, Bangladesh menegaskan enggan kembali ke Myanmar. Hal ini ditegaskan setelah sebagian dari mereka melakukan kunjungan pertama sebagai upaya mendorong repatriasi sukarela ke Myanmar.
Saat ini ada sekitar sejuta warga Muslim Rohingya berada di kamp pengungsian Cox’s Bazar, Bangladesh setelah melakukan eksodus menyusul kekerasan militer Myanmar pada 2017. Banglades terus mendorong adanya repatriasi pengungsi Rohingya ke Myanmar.
Sebanyak 20 pengungsi Rohingya dan tujuh pejabat Bangladesh berkunjung ke Maungdaw dan sejumlah desa dekat wilayah itu di Negara Bagian Rakhine, pada Jumat (5/5/2023). Mereka meninjau persiapan permukiman untuk warga Rohingya yang kembali.
Warga Rohingya tersebut mempertanyakan persiapan repatrsiasi dan mereka bersedia kembali jika jaminan keamanan benar-benar diberlakukan dan mendapatkan kewarganegaraan.
‘’Kami tidak ingin bertahan di kamp-kamp, ingin kembali ke tanah kami serta membangun rumah di sana,’’ujar Oli Hossain, salah satu pengungsi yang berkunjung ke Rakhine, kepada Reuters melalui sambungan telepon, Sabtu (6/5/2023).
Ia siap kembali dengan sejumlah hak yang memang ingin didapatkan para pengungsi Rohingya. ‘’Kami hanya akan kembali disertai pemberian status kewarganegaraan serta seluruh hak kami,’’ ujar pengungsi berusia 36 tahun dan beranak enam.
Myanmar menawarkan kartu verifikasi nasional (NVC), yang dianggap Rohingya tak sesuai tuntutan mereka. ’’Myanmar tempat lahir kami dan kami warga Myanmar. Kami akan kembali dengan kewarganegaraan itu,’’ kata pengungsi lainnya, Abu Sufian yang berusia 35 tahun.
Sufian menegaskan tak akan pernah meneriman NVC.’’Kartu ini akan mengidentifikasi Rohingya sebagai warga asing bukan warga negara Myanmar,’’ ujarnya. Bahkan, jelas dia, otoritas Myanmar mengubah nama desanya yang ada di Rakhine.
Mohammed Mizanur Rahman, komisioner repatriasi di Cox's Bazar, menjelaskan, repatriasi satu-satunya solusi. ‘’Kami tak menginginkan yang lain kecuali repatriasi yang aman, sukarela, bermartabat, dan berkelanjutan.’’
Menurut dia, tim dari Myanmar akan datang ke Bangladesh dalam kurun sepakan untuk meyakinkan pengungsi Rohingya ikut program repatriasi. Junta militer Myanmar, selama ini tak terlalu berminat untuk membawa pulang Rohingya.
Sebab selama bertahun-tahun Rohingya dianggap orang asing yang bermukim di Myanmar. Mereka menolak memberikan status warga negara kepada Rohingya. Maret lalu, delegasi Myanmar mendatangi kamp-kamp pengungsi untuk memverifikasi mereka yang akan kembali.
Seorang pejabat Banglades mengungkapkan, proyek repatriasi ini rencananya melibatkan 1.100 pengungsi. Namun belum dipastikan kapan repatriasi dilakukan. Upaya repatriasi pada 2018 dan 2019 gagal karena pengungsi yang khawatir adanya kekerasan menolak pulang.
Badan Pengungsi PBB (UNHCR) menyatakan, setiap pengungsi memiliki hak untuk kembali ke negaranya tetapi mesti dilakukan dengan sukarela. ‘’Kami menegaskan, suatu keharusan terus berdialog dengan pengungsi Rohingya dalam menentukan keputusan.’’
UNHCR menjelaskan, kunjungan pengungsi ke lokasi yang bakal menjadi tempat kembali sangat penting. Ini kesempatan bagi mereka menilai kondisinya secara langsung serta dapat menjadi bahan informasi dalam menentukan untuk kembali ke negaranya. (reuters/fer)