Cina Dituding Meretas Infrastruktur Vital, Incar Institusi Militer AS

Militer  
Serangan siber. Sumber: ABC. File (Republika.co.id)
Serangan siber. Sumber: ABC. File (Republika.co.id)

DIPLOMASI REPUBLIKA, WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) mewanti-wanti soal serangan siber pada infrastruktur vital. Mereka mengungkapkan, Cina mampu melakukannya termasuk menyasar jaringan pipa gas dan minyak, sistem rel kereta api.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller menyatakan, intelijen AS menilai Cina hampir pasti bisa lakukan serangan siber.’’Ini dapat menghentikan layanan infrastruktur vital di AS termasuk sistem kereta api dan jaringan pipa gas,’’ katanya, Kamis (25/5/2023).

Maka, kata dia dalam konferensi pers, penting bagi pemerintah dan mereka yang bertanggung jawab menangani jaringan siber di institusi publik tetap waspada.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pengungkapan ini dilakukan AS setelah sejumlah peneliti menemukan sebuah kelompok peretas Cina mampu melakukan itu semua. Rilis peringatan disampaikan setelah diketahui kampanye spionase siber Cina menyasar institusi pemerintah dan militer di AS.

Direktur Keamanan Siber National Security Agency (NSA) Rob Joyce mengatakan, paling tidak ada satu lokasi yang belum diketahui kapan perangkat untuk mengail informasi dilepaskan. Pihaknya sedang bekerja untuk mendeteksi aksi mata-mata siber itu.

Secara terpisah, The US Cybersecurity and Infrastructure Security Agency (CISA) menyatakan kini berupaya mengetahui seberapa jauh terjadinya penyusupan dan dampaknya. Ini akan memberikan gambaran apa yang bisa dilakukan selanjutnya.

‘’Kita dapat mengetahui hal apa yang perlu dilakukan dan lebih jauh memahami strategi efektif untuk menangani masalah yang ada,’’ ujar executive assistant director CISA, Eric Goldstein. Ada hal paling menantang dari fenomena mata-mata siber ini.

Menurut dia, mata-mata tersebut mampu melakukan lebih banyak penyamaran dibandingkan operasi mata-mata biasa. Mereka, biasanya menggunakan perangkat legal untuk memperoleh akses guna mengerjadi sasarannya.

‘’Mendeteksi dengan cara-cara tradisional, misalnya dengan antivirus, tak akan berhasil menemukan penyusupan,’’ ungkap Goldstein.

Pemerintah Cina menolak tuduhan mereka melakukan spionase yang mengincar Barat. ‘’Peringatan yang disampaikan AS dan sekutu-sekutunya merupakan kampanye disinformasi.’’ Demikian pernyataan Pemerintah Cina.

Analis Microsoft berhasil mengidentifikasi mata-mata siber itu, menyematkan nama Volt Typhoon. Ini bisa menghentikan infrastruktur komunikasi penting antara AS dan wilayah Asia pada krisis masa depan. Mengeskalasi ketegangan AS-Cina terkait Taiwan serta isu lainnya.

Lembaga-lembaga AS selama ini didorong meningkatkan keamanan siber pada infrastruktur penting yang sebagian besar dimiliki swasta, menyusul peretasan terhadap Colonial Pipeline pada 2021. Akibatnya, hampir setengah pasokan bahan bakar ke Pantai Timur AS terhenti.

Badan intelijen di AS, Inggris, dan negara sekutu lainnya menyampaikan peringatan mengenai keberadaan Volt Typhoon. Menurut Microsoft mereka mengincar infrastruktur penting wilayah pasifik AS, yaitu Guam. NSA menyebut Volt Typoon ditempatkan untuk menghentikan jaringan.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Mao Ning, menyatakan peringatan yang disampaikan AS, Inggris, Kanada, Australia, dan Selandia Baru bertujuan menguatkan aliansi intelijen mereka yang bernama Five Eyes.

Mao menegaskan, Washington pada masa-masa sebelumnya yang melakukan peretasan. ‘’AS merupakan kekaisaran bagi aksi peretasan,’’ katanya. (reuters/fer)

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image