Mengenal Sastra Lama Melayu, Ini Contohnya

Corner  
Ilustrasi naskah sastra lama (dok: Republika)
Ilustrasi naskah sastra lama (dok: Republika)

DIPLOMASI REPUBLIKA--Mungkin banyak di antara kita yang tidak menyadari bahwa adanya karya-karya sastra pada saat ini berawal dari sastra lama. Mungkin banyak di antara kita yang bertanya-tanya seperti apa sastra lama itu.

Sastra lama dapat juga dikatakan sebagai sastra tradisional. Menurut Achdiati Ikram yang dikutip dari buku Filologia Nusantara, dalam dunia tradisional, hubungan antara sastra dan masyarakat memiliki kaitan yang sangat erat.

Sastra akan beredar di masyarakat dari mulut ke mulut dan menjadi miliknya selama beberapa waktu sebelum dicatat. Rata-rata penyusun naskah-naskah lama tidak menyebut dirinya sebagai pengarang atau penulis karena mereka biasanya menyusun ulang apa yang sudah ada pada tradisi lisan. Maka dari itu, sastra-sastra lama kebanyakan bersifat anonim. Dalam dunia sastra lama, terdapat juga istilah penyalin yang memang pekerjaannya adalah menyalin naskah-naskah yang sudah dibuat sebelumnya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Seperti yang dikutip dari buku Seluk-Beluk Sastra Lama, sastra lama dibedakan menjadi sastra lisan dan sastra tradisional. Sastra lisan merupakan sastra yang diucapkan dan disebarkan dari mulut ke mulut, sedangkan sastra tulis merupakan sastra yang sudah tercatat ketika masyarakat sudah mengenal tulis-menulis. Biasanya, sastra tulis ini dicatat dari sastra lisan yang sudah ada secara turun-temurun, seperti Hikayat Hang Tuah atau Sejarah Melayu.

Sastra tulis ini terbagi lagi menjadi puisi lama dan prosa lama. Puisi lama biasanya berbentuk pantun, syair, atau gurindam dua belas. Sementara itu, prosa lama biasanya berbentuk hikayat, cerita berbingkai, atau epos Melayu.

Liaw Yock Fang—salah seorang ahli sastra lama Melayu—membagi sastra lama ke dalam 10 kategori, yaitu kesusastraan rakyat, epos India dalam kesusastraan Melayu dan Wayang, cerita Panji, sastra zaman peralihan Hindu-Islam, kesusastraan zaman Islam, cerita berbingkai, sastra kitab, sastra sejarah, undang-undang Melayu lama, serta pantun dan syair. Dari 10 kategori ini, Liaw memberikan contoh-contoh sastra lama Melayu yang masuk kategori tersebut.

Pada umumnya, sastra lama Melayu tidak ditulis dalam huruf Latin seperti sekarang ini. Akan tetapi, ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu dan beraksara Arab atau yang biasa dikenal dengan istilah Jawi. Aksara Arab yang ada dalam bahasa Melayu mengadopsi huruf hijaiyah dengan beberapa penambahan, seperti huruf hijaiyah yang mewakili bunyi “ng”, “c”, atau “ny”.

Lalu, masih adakah sastra-sastra lama tersebut pada saat ini? Jawabannya tentu saja ada, tetapi jumlah pastinya belum terlalu jelas. Hal ini karena posisinya tersebar, baik dipegang oleh masyarakat maupun di beberapa negara, salah satunya Belanda. Namun, jangan salah, Indonesia pun turut memiliki koleksi-koleksi sastra lama Melayu yang disimpan rapi oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. (lur)

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image