IB Ngurah Wijaya, Solo Touring dari Ujung Afrika Menuju Ujung Eropa
DIPLOMASI REPUBLIKA, CAPE TOWN – Seorang warga Indonesia, Ida Bagus Ngurah Wijaya (72 tahun), memulai solo touring lintas benua Sabtu (9/12/2023). Ia berangkat dari Cape Town di Afrika Selatan, menuju Nordkapp di Norwegia.
“Kami mendoakan keselamatan dan keberhasilan misi yang diemban untuk mempromosikan budaya Indonesia,” ujar Konsul Jenderal RI Tudiono saat acara pelepasan dilakukan di Konsulat Jenderal RI (KJRI) Cape Town.
Dalam keterangan tertulis yang diterima Diplomasi Republika, Tudiono mengingatkan Ngurah Wijaya agar memanfaatkan aplikasi Safe Travel yang dikembangkan Kementerian Luar Negeri. Aplikasi ini memuat informasi penting terkait perlindungan WNI, termasuk hotline dan panic button yang sangat dibutuhkan dalam kondisi darurat.
Bagi Ngurah Wijaya, perjalanan dilakukan untuk mempromosikan Indonesia. Ia berharap, akan semakin banyak orang memahami Indonesia, dan nantinya lebih banyak lagi orang yang akan mengunjungi dan berwisata ke Indonesia. Ia sebelumnya aktif sebagai profesional di bidang pariwisata
“Saya ingin melihat (simbol) merah putih di motor saya dihormati dan dikenal orang di sepanjang perjalanan,” ujar Ngurah Wijaya, yang mengaku bangga ketika orang-orang memperlakukannya dengan ramah setelah mengetahui dirinya dari Indonesia.
Ngurah Wijaya pun berterima kasih atas penerimaan dan dukungan yang diterimanya selama berada di Cape Town. Di kota inilah ia resmi memulai kilometer pertamanya. Kota pertama yang akan disinggahi adalah Mossel Bay yang memiliki kerja sama sister city dengan Denpasar.
Cape Town dipilih sebagai titik awal karena kemampuan ekonomi masyarakatnya yang tinggi, cukup makmur dan maju di banding kota-kota lain di Afrika, sehingga sangat potensial untuk berwisata ke Indonesia.
Pada kesempatan ini, Konjen RI Tudiono dan Ngurah Wijaya melakukan video conference dengan Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara dan Ketua Bali Tourism Board Ida Bagus Agung Partha Adnyana. Mereka membahas rencana penyelenggaraan Indonesian Folk Market 2024 sebagai tindak lanjut kerja sama sister city, sekaligus bagian dari peringatan 30 tahun hubungan diplomatik Indonesia - Afrika Selatan pada 2024. Mereka juga menjajaki kemungkinan digelarnya South African Tourism Mart di KJRI Cape Town.
Cape Town dan ikatan sejarah
Pemilihan Cape Town sebagai titik awal juga sangat tepat karena Indonesia dan Afrika Selatan, terutama masyarakat Cape Town dan sekitarnya, memiliki kedekatan sejarah dan budaya dengan Indonesia. Semasa kolonial, sejumlah ulama dan pejuang besar Indonesia diasingkan di Cape Town, di antaranya adalah Syekh Yusuf Al Makassari asal Kerajaan Gowa. Dalam pengasingan itu, ia menjadi orang pertama yang mengajarkan Islam di Afrika Selatan.
Dalam perkembangannya, sang syekh dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh Pemerintah Indonesia. Ia kemudian dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh Pemerintah Afrika Selatan pada 2005. Ia diyakini menginspirasi Nelson Mandela dalam perjuangan menentang apartheid.
Sejarah masa lalu juga mencatat nama Abdullah bin Qadhi Abdussalam asal Tidore. Sosok yang lebih dikenal sebagai Tuan Guru ini dipenjara di Robben Island yang jaraknya sekitar 30 menit dari Cape Town menggunakan boat). Robben Island juga tempat Nelson Mandela dipenjara selama 24 tahun karena menentang apartheid.
Salah satu jasa Tuan Guru adalah mendirikan masjid pertama di Afrika Selatan, yaitu Masjid Auwal. Hingga kini, masjid di daerah Bo Kaap ini masih digunakan masyarakat sekitar. (ost)