Serba Indonesia

Tradisi Ngarot Lelea yang Dilarang Dilaksanakan pada Rabu Kliwon

Sejumlah gadis mengikuti upacara adat Ngarot di Desa Lelea, Indramayu, Jawa Barat (Antara/Dedhez Anggara)
Sejumlah gadis mengikuti upacara adat Ngarot di Desa Lelea, Indramayu, Jawa Barat (Antara/Dedhez Anggara)

DIPLOMASI REPUBLIKA, INDRAMAYU-- Tradisi adat Ngarot rutin digelar di salah satu desa di Indramayu. Lokasinya berada di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu. Berdasarkan nama tempat digelarnya tradisi, masyarakat mengenalnya sebagai tradisi Ngarot Lelea.

Sedari pagi, jalanan Desa Lelea dipenuhi arak-arakan dari para pemuda dan pemudi yang hendak menuju Balai Desa untuk melaksanakan upacara adat Ngarot. Mereka berpakaian tradisional. Laki-laki berbaju pangsi hitam dengan memakai iket di kepalanya, sedangkan perempuan berbaju kebaya putih dengan hiasan bunga di kepala bak mahkota.

Upacara Adat Ngarot berisi ritual dan doa yang diiringi musik gamelan dan suara sinden. Para perempuan dan para laki-laki berusia belia di desa itu duduk saling berhadapan. Mereka menjadi bagian dalam proses adat Ngarot yang berlangsung di Balai Desa.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Arti kata 'Ngarot' dimaknai bermacam-macam oleh masyarakat setempat. Ada yang mengatakan kata itu berasal dari bahasa Sunda yang berarti minum. Ada pula yang mengatakan 'ngarot' merupakan bagian dari proses menanam padi ataupun berasal dari kata 'ngaruat' atau melakukan ruwatan.

Mitos yang dipercaya selama prosesi ritual dan doa bahwa bunga yang menghiasi kepala perempuan muda itu akan layu apabila perempuan itu tidak 'gadis' lagi.

“Dahulu-dahulu memang seperti itu bunga di atas kepala perempuan Ngarot akan layu apabila sudah tidak 'gadis' lagi. Tetapi makna logisnya sebagai simbol agar sang perempuan patut menjaga tanda kehormatannya,” kata seorang kepala desa, seperti dikutip laman Diskominfo Indramayu, Sabtu (30/12/2023).

Kepala desa mengharapkan tradisi Ngarot dapat dilestarikan karena berdasarkan amanat leluhur Desa Lelea. “Mari bersama-sama membangun terus Adat Ngarot sebagai peninggalan budaya leluhur masyarakat Desa Lelea untuk lestari seterusnya,” katanya kepada hadirin, terutama generasi muda.

Selain melestarikan nilai-nilai tradisi desa, acara adat Ngarot juga mempertunjukkan kesenian tradisional lainnya lewat tari dan musik. Jenis kesenian dalam adat Ngarot, antara lain tari ronggeng dan tari topeng.

Upacara Ngarot terdiri atas beberapa tahapan. Puncak acara adat diakhiri dengan sejumlah gadis dan jejakanya melakukan prosesi kasinoman. Prosesi ini bermakna seorang gadis dituntut untuk pandai bercocok tanam (padi) dan jejaka dituntut pandai mencangkul sawah. Mereka diharapkan untuk pandai bertani dan bekerja secara bergotong royong.

Tradisi Adat Ngarot merupakan ungkapan rasa syukur petani kepada Sang Mahakuasa atas limpahan hasil panen padi. Tradisi ini juga sekaligus untuk menyambut kedatangan musim tanam baru yang diharapkan dapat memberikan hasil pertanian yang melimpah dan dijauhkan dari masalah juga bencana.

Biasanya, tradisi ini dilangsungkan pada pekan kedua atau ketiga bulan Desember. Tepatnya pada hari Rabu yang dipercaya masyarakat setempat sebagai hari yang dikeramatkan.

“Semenjak dahulu memang adat Ngarot dimulai setiap hari Rabu, itu juga jangan sampai Rabu Kliwon. Apabila Rabu Kliwon kejadian tak terduga bisa terjadi seperti tawuran atau penghambat lainnya,” kata tokoh masyarakat setempat.

Setiap daerah memiliki hari-hari yang dikeramatkan karena sesuai budaya dan tradisi masing-masing. Jika di suatu daerah, ada hari yang dipercaya sebagai hari larangan untuk dilangsungkannya suatu acara atau kegiatan, tetapi tidak demikian di daerah lain.

Contoh daerah yang melangsungkan tradisinya pada hari Rabu Kliwon seperti di Desa Jatiayu, Gunungkidul, karena bertepatan dengan hari jadi desa. Melansir laman desajatiayu.gunungkidulkab.go.id, pada Rabu Kliwon, masyarakat desa melaksanakan salah satu kegiatan, yakni karnaval hasil pertanian, sebagai rasa syukur masyarakat Desa Jatiayu atas hasil panen.

Dalam karnaval tersebut, masyarakat Desa Jatiayu menampilkan gunungan hasil pertanian dari masing-masing dusun. Acara diakhiri dengan masyarakat saling berebut isi gunungan, dengan harapan hasil pertanian dapat berlimpah, berkah, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran warganya pada masa mendatang. (rin)

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image