Militer

Iran Suplai Rusia dengan 400 Rudal Balistik?

Petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api yang membakar gedung di lokasi jatuhnya rudal Rusia yang menargetikan ibu kota Kiev, Ukraina, Rabu (30/8/2023). 
Petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api yang membakar gedung di lokasi jatuhnya rudal Rusia yang menargetikan ibu kota Kiev, Ukraina, Rabu (30/8/2023).

DUBAI – Iran diduga menyediakan rudal balistik surface-to-surface dalam jumlah besar ke Rusia. Ini menandakan semakin eratnya kerja sama militer antara kedua negara yang saat ini masih dijatuhi sanksi oleh negara-negara Barat.

Tiga sumber Iran mengungkapkan, Iran menyuplai sekitar 400 rudal termasuk jenis rudal balistik jarak pendek Fateh 110 seperti Zolfaghar. Rudal ini mampu menyerang target dalam jarak antara 300 km hingga 700 km.

Pengapalan rudal balistik bermula pada awal Januari 2024 setelah kesepakatan tercapai dalam serangkaian pertemuan tahun lalu antara militer Rusia dan Iran serta petinggi keamanan kedua negara. Pertemuan berlangsung di Teheran dan Moskow.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Seorang petinggi militer Iran menuturkan, setidaknya ada empat pengapalan rudal dan akan ada pengiriman lainnya dalam beberapa pekan ke depan. Ia menolak memerinci lebih jauh mengenai pengiriman rudal ini.

‘’Tak perlu menutupinya. Kami boleh mengekspor senjata ke negara manapun yang kami mau,’’ kata petinggi militer lainnya, Rabu (21/2/2024) Seorang pejabat senior Iran menuturkan, pengiriman ke Rusia melalui Laut Kaspia, sebagian lain menggunakan pesawat.

Sumber keempat yang mengetahui mengenai ekspor rudal balistik Iran, mengonfirmasi akhir-akhir ini menerima rudal dari Iran dalam jumlah besar. Namun, ia tak menyampaikan paparan terperinci berapa jumlah rudal yang tiba di Rusia.

Kementerian Pertahanan dan Garda Revolusi Iran, pasukan elite yang bertanggung jawab atas program rudal balistik untuk luar negeri, menolak berkomentar soal hal ini. Kementerian Pertahanan Rusia juga belum memberikan jawaban atas pertanyaan mengenai isu ini.

Seorang pejabat AS mengaku melihat bukti serangkaian percakapan mengenai masalah ini tetapi belum ada indikasi bahwa pengiriman rudal balistik dari Iran ke Rusia telah terjadi. Dephan AS belum memberikan respons.

Dewan Keamanan PBB membatasi ekspor rudal, drone, dan teknologi lainnya yang berakhir pada Oktober. Namun, AS dan Uni Eropa masih mempertahankan sanksi pada program rudal balistik seiring kekhawatiran ekspor ke negara sekutu Iran di Timur Tengah dan Rusia.

Jumat (16/2/2024) lalu, jaksa agung Ukraina menjelaskan, rudal balistik yang dipasok Korea Utara (Korut) ke Rusia terbukti tak ampuh di medan pertempuran. Hanya dua dari 24 yang tepat mengenai sasaran. Moskow dan Pyongyang menolak tuduhan adanya pasokan rudal ini.

Jeffrey Lewis, pakar dari Middlebury Institute of International Studies at Monterey mengakui rudal dalam kelompok Fateh-100 dan Zolfaghar merupakan jenis senjata presisi. ‘’Biasanya digunakan pada target bernilai tinggi dan menyebabkan kerusakan presisi.’’

Menurut Lewis, 400 rudal dapat menyebabkan kerusakan parah jika digunakan di Ukraina. Ia mencatat, pengeboman yang dilakukan selama ini sudah menyebabkan banyak kerusakan.

Rob Lee, senior fellow pada Foreign Policy Research Institute yang berbasis di Philadelphia, AS menambahkan, pasokan rudal Fateh-100 Zolfaghar dari Iran akan membuat Rusia lebih perkasa di medan pertempuran.

‘’Mereka bisa menggunakannya untuk menyerang target-target militer dan rudal balistik lebih sulit diadang oleh pertahanan udara Ukraina,’’ kata Lee.

Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby pada awal Januari lalu menyatakan AS memberi perhatian pada kemungkinan Rusia memperoleh rudal balistik jarak pendek, juga rudal yang sudah dipasok dari Korut.

Menyusul publikasi laporan pengiriman rudal balistik dari Iran ke Rusia, juru bicara Angkatan Udara Ukraina mengungkapkan tak punya informasi resmi mendapatkan rudal ini. Ia menambahkan, rudal balistik akan menjadi ancaman serius bagi Ukraina.

Sebelumnya, terkait pasokan drone ke Rusia, Iran menyanggahnya. Namun beberapa bulan kemudian mereka mengakui telah mengirimkan drone dalam jumlah kecil sebelum Moskow melakukan invasi ke Ukraina pada 2022.

‘’Mereka yang menuduh Iran menyediakan senjata kepada salah satu pihak yang bertikai di Ukraina, melakukannya untuk tujuan politik,’’ kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani, Senin (19/2/2024).

Saat ditanya mengenai pengiriman drone untuk Rusia ia menyatakan,’’Kami tidak memberikan drone apapun untuk digunakan dalam perang.’’ reuters/han

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image