Wisata Mesir Limbung Kena Efek Perang Israel di Gaza
KAIRO – Mesir menaggung dampak sampingan akibat perang Israel di Gaza. Wisata khususnya, yang selama ini menjadi pendapatan utama negeri ini limbung. Kunjungan wisatawan ke berbagai objek wisata berkurang karena perang.
Piramida Mesir, museum, resor, dan monumen yang selama ini menarik minat wisatawan dari seluruh dunia. Sudah lama wisata menjadi pendapatan utama Mesir. Pada 2022, sekitar tiga juta warga Mesir pekerja di industri wisata.
Menurut S&P Global Ratings, dari tahun lalu wisata Mesir anjlok 10-30 persen. Kompensasinya, hilangnya 4-11 persen cadangan devisa serta kian melorotnya PDB Mesir.
''Kejadian konflik yang berdekatan dengan Semenanjung Sinai memicu anjloknya wisata Mesir, berimbas pada pendapatan sektor ini 13,63 miliar dolar AS pada tahun fiskal 2022-2023,’’ kata Amr Salah Mohamed dari George Mason University kepada Aljazirah, Sabtu (24/2/2024).
Sebelum terjadi perang Israel, wisata Mesir masih harus berjuang memulihkan diri pascapandemi Covid-19. Namun perang di Gaza serta gejolak di Laut Merah yang juga dampak perang di Gaza, akan kian menghantam perekonomian Mesir.
Ia menambahkan meski dampak buruk terhadap wisata Mesir dari konflik ini secara penuh sulit digambarkan tetapi indikasi awal, seperti turun hingga 25 persen pemesanan paket wisata pada awal November 2023, menunjukkan penurunan itu.
Menurut Mohamed, penurunan bakal terus berlangsung kalau perang oleh Israel belum juga dihentikan.
Pendapatan dari lalu lintas Terusan Suez juga mengganggu pendapatan Mesir. Houthi melakukan serangan terhadap kapal-kapal Inggris, AS, dan Israel sebagai dukungan atas perjuangan rakyat Palestina menghadapi serangan Israel di Gaza.
Sejak November 2023, Mesir berjuang mengatasi efek samping dari serangan rudal dan drone Houthi terhadap kapal dagang yang lewat Laut Merah yang menuju ke Terusan Suez. Akibat serangan ini, kapal-kapal tak lagi ke Terusan Suez tetapi jalur alternatif Tanjung Harapan.
Pada tahun fiskal 2022-2023, pendapat Mesir dari lalu lintas kapal di Terusan Suez mencapai 9,4 miliar dolar AS. Pada 11 hari pertama tahun ini, pendapatan dari terusan ini turun 40 persen jika dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu.
Kondisi kemudian justru kian memburuk. Pemerintah Mesir mengungkapkan, pendapatan pada Januari dari Terusan Suez anjlok 50 persen sejak awal tahun ini jika dibandingkan pendapatan pada periode 2023.
Sektor lain yang bermasalah akibat perang yang dipertahankan Israel hingga kini adalah ekspor gas. Sejak 7 Oktober 2023, ekonomi Mesir dari gas ini terdampak berat. Dua hari setelah serangan Hamas, Israel memerintahkan penghentian sementara ekstrasi dari ladang gas Tamar.
Tamar berlokasi pada 25 km dari pantai selatan Kota Ashdod, Israel. Mesir merupakan tempat bagi dua fasilitas likuefaksi gas Meditarania Timur. Israel mengekspor gasnya, termasuk dari Tamar ke Mesir yang kemudian diubah menjadi LNG dan diekspor ke pasar lainnya.
Ekspor LNG ini terutama diarahkan pasar-pasar negara Eropa. Karena perang yang berlangsung di Gaza, reekspor gas oleh Mesir turun lebih dari 50 persen pada kuartal empat 2023 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kamis (22/2/2024) lalu, Houthi menyatakan akan meningkatkan serangan di Laut Merah dan perairan sekitarnya. Mereka kini menggunakan senjata kapal selam untuk memburu kapal-kapal tersebut.
‘’Operasi di Laut Merah dan Arab, Selat Bab al-Mandab, serta Teluk Aden berlanjut, meningkat, dan efektif,’’ kata pemimpin Houthi Abdulmalik al-Houthi dalam pidato di televisi, Kamis (22/2/2024) merujuk serangan mereka yang bermula sejak November 2023.
Aksi Houthi mendisrupsi 12 persen lalu lintas perdagangan dunia. Pidato al-Houthi bersamaan dengan pemberitahuan resmi kepada perusahaan kapal dan asuransi yang menyatakan Houthi melarang kapal dagang terkait Israel, AS, dan Inggris berlayar di Laut Merah.
Houthi, dalam pemberitahuan tersebut, menyatakan akan meningkatkan operasi militernya di perairan tersebut dan sekitarnya dalam mendukung Palestina. Hingga saat ini, Israel masih menyerang Gaza dan menolak gencatan senjata. Korban sipil sudah 29 ribu orang.
Kapal-kapal dagang dan kargo yang sepenuhnya atau sebagian dimiliki individu atau entitas Israel dan kapal berbendera Israel tak boleh berlayar di Laut Merah, Teluk Aden, Laut Arabia. Demikian pula kapal milik individu atau entitas AS atau Inggris.
Pejabat senior Houthi menambahkan,’’ Humanitarian Operations Center telah dibentuk di Sanaa untuk mengoordinasikan lalu lintas kapal yang tak terkait Israel dengan aman dan damai,’’ katanya kepada laman berita Reuters, Kamis.
Serangan oleh Houthi membuat biaya pengapalan barang dagangan meningkat tajam. Dan pemberitahuan resmi mengenai pelarangan pelayaran kapal yang punya kaitan dengan Israel, AS, dan Inggris bakal kian membuat biaya meroket.
Pada Kamis dini hari, dua rudal membuat sebuah kapal meledak. Insiden ini berjarak 70 mil laut sebelah tenggara Teluk Aden, Yaman. Demikian informasi yang diungkapkan United Kingdom Maritime Trade Operations (UKMTO).
Kru kapal dilaporkan dalam keadaan aman serta dievakuasi ke pelabuhan berikutnya. ‘’Islander, kapal milik Inggris dan berbendera Palau tersebut, diserang rudal Houthi saat perjalanan dari Thailand menuju Mesir,’’ ujar perusahaan keamanan maritime, Ambrey.
Serangan Houthi memperlihatkan tak ada tanda bakal mengendur meski pasukan AS dan Inggris melakukan serangan balasan terhadap fasilitas-fasilitas Houthi di Yaman, pada Januari lalu. Selama ini, belum ada kapal karam akibat serangan Houthi.
Namun ada kapal kargo Inggris, Rubymar, yang tak bisa berlayar lagi sejak 18 Februari setelah dihantam dua rudal Houthi. Kru meninggalkan kapal setelah dievakuasi. Houthi menyatakan Rubymar berisiko karam tetapi pejabat pertahanan AS menegaskan kapal itu masih mengapung.
‘’Rubymar masih mengapung di air, memang dalam kondisi lebih rendah,’’ kata Harry Pearce dari Ambrey Analytics.
Di sisi lain, pada Kamis dini hari, militer Israel mengeklaim mampu mengadang target di Laut Merah setelah sirene menandakan ada rudal meraung. Sirene menunjukkan roket dan rudal terdengar di sebelah selatan Kota Eilat, Israel. reuters/han