Catatan dari Krimea: Pilpres Hari Pertama di Simferopol
DIPLOMASI REPUBLIKA, SIMFEROPOL -- Lagu patriotik yang menghentak disetel cukup keras di sebuah sekolah yang disulapn menjadi tempat pemungutan suara (TPS) di Simferopol, Krimea. Bendera Rusia dan balon-balon berwarna putih, metah, dan biru dirangkai menyambut kedatangan para calon pemilih dan kami, pengamat internasional dari berbagai negara termasuk Yeyen Rostiyani dari Diplomasi Republika. Ada tujuh pengamat yang bertugas di tiga kota di Krimea.
Rusia mengundang ratusan pengamat internasional dari berbagai negara. Mereka disebar ke berbagai wilayah di Rusia.
Kami diundang secara resmi oleh Civic Chamber of the Russian Federation atau Komite Pemilihan Umum (KPU) Rusia. Pada hari pertama pilpres, kami mengunjungi delapan TPS.
Pada Jumat (15/03/2024), seantero Rusia termasuk Krimea menggelar hari pertama pemiihan presiden (pilpres). Pilpres digelar 15-17 Maret dan setiap hari TPS buka pukul 08.00-20.00 waktu setempat. Sebelumnya, pilpres hanya digelar sehari saja.
Di tempat pemungutan suara (TPS) no. 272, ada sekitar 10 pemilih. Salah satunya adalah Natalya Nicola, nenek berbaju hijau muda lengkap dengan penutup kepala. Ia sempat ragu-ragu melangkah saat melihat kehadiran kami yang sebagian terlihat asing. Kami memang berasal dari Indonesia, India, Serbia, Kroasia, dan Ghana.
Natalya lalu mendaftarkan diri kepada petugas, lalu ia membawa selembar lertas suara ke dalam bilik sederhana, hanya kotak dengan tirai putih berhias simbol Rusia, elang emas dua kepala dengan berlatar merah.
Usai menandai kertas suara, Natalya memasukkannya ke mesin penghitung. Lalu tertera nomor urut orang yang memasukkan kertas suara.
"Pilpres sangat penting, makanya saya datang," kata Natalya sambil sibuk membenar letak tasnya. "Ya, saya senang-senang saja dengan proses pilptlres ini. Mudah," katanya. Lalu ia beranjak keluar.
Mesin penghitung suara ini cukup unik. Mirip mesin fax, namun tugasnya adalah menghitung berapa kertas suara yang masuk.
Mesin ini juga dapat mendeteksi jika ada yang mengosongkan atau menandai lebih dari satu calon presiden pada kertas suara. Menurut salah satu petugas, mesin tidak akan membaca kertas suara tersebut dan langsung dianggap kertas eror.
Meski jumlah suara sah diketahui, namun alokasi suara para kandidat masih menjadi rahasia hingga pemilu berakhir. Maka, baru pada 17 Maret publik dapat mengetahui perolehan suara masing-masing kandidat.
Tidak semua pemilih harus datang ke TPS. Seperti di Indonesia, di Krimea pun pemilih dapat mengajukan permohonan agar petugas yang mendatangi mereka.
"Ini berlaku untuk pemilih yang misalnya ada di rumah sakit," kata kepala TPS nom 299, Olga Haritonova.
Di TPS tempat Olga bertugas, pagi itu kedatangan dua pemilih pemula yang pertama kalinya memberikan suara. Keduanya mendapat sovenir dari petugas.
Sementara itu, pemilih juga bisa menggunakan sistem elektronik, sehingga orang bisa memberikan suara melalui telepon selular (ponsel).
"Namun, sebelumnya mereka harus memotret dulu tiket pendaftaran sebelum pilpres tiba," kata seorang petugas TPS.
Bahkan, ada pula TPS mobil yang dapat mendatangi wilayau tertentu. Mereka menerapkan sistem jemput bola.
Pilpres kali ini diikuti oleh empat kandidat. Mereka adalah Vladislav Davankov, Vladimir Putin, Leonid Slutsky, dan Nikolay Kharitonov. Menurut perkiraan sumber yang dikutip Diplomasi Republika, populasi Krimea saat ini sebanyak 2,2 juta jiwa. Sedangkan pemilih yang berhak memberikan suara mencapai 1,8 juta orang.
Biasanya, TPS dibuka di gedung-gedung sekolah atau gedung pemerintahan setempat. Kami pun mengunjungi delapan TPS yang tersebar mulai dari sekolah, universitas, dan gedung pemerintah di Simferopol. (yen)