Tiket Bazar Ludes, Indonesia Ikut Rayakan Warisan Budaya Tiga Kawasan
DIPLOMASI REPUBLIKA, SAN FRANCISCO -- Warga Indonesia di San Francisco, Amerika Serikat (AS), menggelar Bazar Indonesia di La Cocina Municipal Marketplace, San Francisco, 21 Mei 2022. Kegiatan kuliner dan kesenian ini terkait perayaan Asian American Pacific Islander (AAPI) Heritage Month – rangkaian kegiatan sebulan penuh untuk memperingati warisan budaya bangsa-bangsa di kawasan Asia, Amerika dan Pasifik.
“Indonesia bangga dengan diaspora Indonesia di San Francisco yang berinisiatif menggelar kegiatan budaya untuk semakin memperkenalkan kekayaan dan keindahan ragam budaya Indonesia kepada masyarakat Amerika Serikat,” kata Konjen RI San Francisco Prasetyo Hadi, ketika membuka acara.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi non-profit Friends of Indonesia ini dihadiri oleh setidaknya 500 peserta. Mereka mayoritas berasal dari warga lokal dan masyarakat ekspat serta diaspora Indonesia di San Francisco. Kegiatan dimulai pukul 11.00 sampai 15.00 waktu setempat.
Sesuai ketentuan otoritas San Francisco, pihak penyelenggara membatasi jumlah pengunjung. Caranya, penyelenggara menetapkan tiket masuk serta memperhatikan keterbatasan kapasitas tempat yang tersedia. Namun, karena antusiasme masyarakat yang besar, maka jumlah tiket yang tersedia telah ludes terjual beberapa hari sebelum kegiatan.
“Indonesia terkenal pula dengan kekayaan kulinernya yang tidak saja istimewa tetapi juga di setiap daerahnya memiliki banyak ragam rasa dan jenis,” kata Angela Tjitradi, Ketua Friends of Indonesia yang sekaligus Ketua Penyelenggara Bazar tersebut.
Angela menambahkan berbagai makanan Indonesia yang tersedia juga habis dibeli oleh para pengunjung, baik yang menikmati di tempat maupun dibawa pulang.
Sementara Presiden Asian Pacific American Heritage Foundation Claudine Cheng, menyampaikan apresiasinya atas pergelaran bazar. Demikian pula Darlen Bryant, Direktur Eksekutif Yayasan Global San Francisco, salah seorang pemangku kepentingan di San Francisco, mengakui besarnya animo masyarakat lokal sejak kegiatan dibuka pagi hari hingga menjelang selesai acara, masyarakat terus mengalir berdatangan termasuk mereka yang tidak dapat masuk karena sudah tidak mendapatkan tiket sebelumnya karena terbatasnya kuota.
Bazar Friends of Indonesia yang pertama ini menampilkan pertunjukan tarian tradisional, fashion batik, dan bazar makanan. Tidak kurang dari enam usaha kuliner Indonesia di San Francisco hadir menyuguhkan aneka jajanan khas Indonesia.
Hidangan itu antara lain nasi padang, pempek, sate, mie instan, lotek, dan gado-gado, goreng pisang coklat dan keju, hingga aneka kue kering dan basah seperti lapis, kelepon, martabak, lemper, risoles, serta beberapa kopi khas Indonesia. Salah satu penerbit buku, Dalang Publishing, juga hadir sebagai vendor. Ia satu-satunya penerbit lokal yang menerbitkan berbagai buku karya sastra Indonesia di Amerika Serikat.
Tidak hanya masyarakat biasa, sejumlah influencer, Youtuber, pembuat konten media sosial lokal juga berkunjung ke Bazar tersebut. “Masakan Indonesia terkenal dengan cita rasanya yang enak dan spesial, maka saya dan teman-teman datang ke Bazar yang saya nanti-nanti ini.” ujar Vas Kiniris, seorang figur publik yang juga content creator, tinggal di San Francisco.
Salah seorang penari berkebangsaan Amerika Serikat, Amanda Rose Loveland, mengungkapkan kebahagiaannya karena diundang tampil dalam Bazat tersebut. Pelaku seni yang juga merupakan pimpinan kelompok Gamelan Swarasanti tersebut merupakan penerima (awardee) beasiswa Darmasiswa di Institute Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung tahun 2018 dan piawai memainkan Tari Jaipong dan Tari Topeng.
Konjen Prasetyo menjelaskan lebih lanjut kegiatan Bazar semacam ini tidak hanya akan memberikan manfaat ekonomi bagi para pelaku usaha kuliner Indonesia di San Francisco, tetapi juga memperkuat upaya diplomasi publik terutama gastrodiplomasi Indonesia di tengah masyarakat Amerika Serikat.
“Tidak hanya budaya dan tarian, kuliner seringkali menjadi salah satu andalan kita untuk menarik hati orang luar untuk semakin mengenal lebih dekat Indonesia bahkan datang mengunjungi Indonesia.” tambahnya.
Sementara Konsul Penerangan Sosial Budaya, Mahmudin Nur Al-Gozaly, menyebutkan istilah diplomasi kuliner atau gastrodiplomasi sebenarnya muncul pertama kali dalam majalah The Economist pada 2002 silam untuk memadukan upaya diplomasi seni-budaya dan kuliner Indonesia di negara setempat. Negara-negara dengan kekuatan diplomasi menengah seperti Indonesia perlu terus melakukan upaya tersebut untuk memperkuat national branding yang memiliki nilai ekonomi.
Indonesia diharapkan ke depannya mampu melakukan strategi global gastrodiplomasi guna turut mendorong peningkatan penjualan produk bumbu, pangan olahan dan rempah-rempah serta pemasukan devisa sektor wisata mancanegara. Upaya ini untuk menghidupkan ekonomi lokal dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. (yen)