Cara Baru Diplomasi, Wisata Komodo dan Orang Utan Hadir di San Francisco
DIPLOMASI REPUBLIKA, SAN FRANCISCO -- Konservasi menjadi cara baru diplomasi Indonesia di San Francisco, California, Amerika Serikat (AS), 18 November lalu. KJRI San Francisco menggandeng San Francisco Zoo and Gardens (Kebun Binatang San Francisco) untuk mempromosikan berbagai destinasi wisata Indonesia yang berbasis konservasi.
“Melalui kegiatan resepsi, tur edukasi ke situs komodo dan orang utan di Kebun Binatang San Francisco mendapatkan kehormatan memberikan nama kepada spesies asli asal Indonesia. Kita akan menggaungkan langkah diplomasi berbasis konservasi dan edukasi mengenai kekhasan fauna langka dan tujuan wisata konservasi di Indonesia,” kata Konjen RI San Francisco, Prasetyo Hadi, dalam sambutannya di hadapan ratusan tamu undangan dan pengunjung lainnya dalam keterangan tertulis yang diterima Diplomasi Republika, Sabtu (19/11/2022).
Konservasi dalam hal ini menjadi tema sentral dan strategis yang dapat menopang kemajuan iklim pariwisata nasional yang berkualitas sehingga akan memperkuat citra sekaligus menjadi katalisator bagi daya tarik wisatawan nusantara maupun mancanegara. Konservasi juga bagian dari komitmen Pemerintah untuk menjaga kelestarian alam, habitat dan satwa di tengah tantangan perubahan iklim yang sangat tinggi ke depan.
Kegiatan kolaborasi ini juga didukung oleh diaspora, pelajar dan mahasiswa Indonesia. Tujuan besar diplomasi konservasi ini adalah memberikan edukasi kepada seluruh korps diplomatik, pejabat pemerintah daerah San Francisco, akademisi serta mitra lokal dan asing lainnya di San Francisco Bay Area mengenai komodo dan orang utan serta habitat asalnya di Indonesia.
“Publik AS perlu diberikan informasi yang benar dan pemahaman yang utuh mengenai komodo dan orang utan, serta program pelindungan yang dilakukan Pemerintah terhadap hewan langka dan habitatnya," kata Konjen Prasetyo.
Destinasi wisata konservasi Indonesia yang dipromosikan di antaranya Taman Nasional Komodo, NTT dan beberapa kawasan wisata konservasi Taman Nasional Orang Utan seperti Tanjung Puting, Kutai, Gunung Palung, Betung Kerihun di Pulau Kalimantan, dan Gunung Leuser di Pulau Sumatra.
Hal senada juga diutarakan oleh CEO dan Direktur Eksekutif Kebun Binatang San Francisco, Tanya Peterson, yang juga hadir sebagai co-host dalam acara. Pihaknya mengapresiasi komitmen Pemerintah Indonesia dalam upaya pelestarian spesies langka, seperti Komodo dan Orang Utan.
“Kita mengetahui berbagai tantangan dewasa ini yang dihadapi berbagai negara, namun kami sangat menghargai komitmen Indonesia dalam melestarikan Komodo dan Orang Utan sebagai hewan langka dunia yang berhabitat asli di Indonesia,” ujar Tanya.
Baginya, kegiatan kolaborasi semacam ini sejalan dengan misi Kebun Binatang San Francisco untuk semakin mengenalkan berbagai macam binatang langka kepada masyarakat luas. Mereka juga ingin terus mengkampanyekan kepedulian dan pelastarian flora dan fauna kepada semua pihak.
Seringkali para pengunjung hanya mengenal secara sekilas tentang jenis satwa yang dilihat namun tidak mendapatkan pemahaman yang sangat luas, seperti bagaimana program konservasinya, kekhasan kebiasaan hidup masyarakat setempat, maupun materi edukasi lainnya di lokasi satwa komodo dan orang utan yang telah disiapkan KJRI San Francisco.
Nuansa acara resepsi, tur edukasi dan promosi konservasi tersebut semakin terlihat lengkap karena para pengunjung disuguhkan pula dengan berbagai kuliner khas Indonesia seperti perkedel, risoles, lemper, dan rempeyek. Tak ketinggalan juga hadir minuman khas Indonesia, terutama kopi khas Flores, dimana habitat komodo berasal.
Pemberian nama
KJRI San Francisco memperoleh keistimewaan untuk menyambut kedatangan seekor komodo jantan hasil pengembangbiakan di Amerika Serikat (AS). Komodo ini akan menemani seekor Komodo betina yang sudah ada di Kebun Binatang San Francisco, sekaligus secara resmi memberikan nama bagi dua ekor Komodo tersebut.
“Kami beri nama Sikka untuk komodo betina yang berusia 9 tahun, sementara untuk komodo jantan yang baru tiba kami beri nama Rinca. Kedua nama tersebut asli istilah lokal Indonesia, yang berasal dari Flores, NTT,” kata Prasetyo.
KJRI San Francisco juga mengapresiasi Kebun Binatang San Francisco dan para donor karena menyetujui penamaan tersebut, terutama untuk Sikka, yang sebelumnya diberi nama Xena. Nama Sikka terinspirasi dari nama perempuan di Flores, yang merupakan bahasa resmi yang dituturkan oleh suku Sikka di Kabupaten Sikka bagian Tengah dan Timur, NTT. Sikka juga dikenal sebagai penghasil tenun tradisional dan kesenian tradisional lainnya yang dibuat oleh masyarakat Flores saat ini. Sementara nama RINCA diambil dari pulau kecil di area habitat Komodo dan daerah Flores, salah satu dari tiga pulau terbesar tempat tinggal Komodo. “Nama Sikka maupun Rinca dipilih sebagai simbol keragaman, keharmonisan, dan kekayaan budaya Indonesia”, tegas Prasetyo.
Kebun Binatang San Francisco dipilih sebagai mitra KJRI San Francisco karena kredibilitasnya dalam mengadvokasi tema “keberlanjutan”, terbukti dengan telah diperolehnya penghargaan “Sustainability Award” pada 2022 dari San Francisco Chamber of Commerce. Kebun Binatang ini merupakan salah satu kebun binatang terbesar di California serta terdapat sedikitnya dua ribu binatang termasuk hewan langka dan terancam punah yang mewakili lebih dari 250 spesies serta berbagai aneka taman, yang dikunjungi sedikitnya 957 ribu orang setiap tahunnya.
KJRI San Francisco telah menyusun berbagai kebutuhan konsep, bahan materi, dan sarana lainnya untuk edukasi dan promosi. Termasuk persiapan videografi, poster, dan spanduk, mengenai profil lengkap komodo, orang utan, habitat dan taman nasional masing-masing.
Pihak Kebun Binatang San Francisco juga telah menyetujui untuk menggunakan berbagai materi promosional tersebut untuk dipasang secara permanen di situs komodo, orang utan, dan beberapa titik yang padat pengunjung di Kebun Binatang San Francisco. Termasuk apabila ingin memperbarui dan menambahkan materi edukasi di masa mendatang.
Dengan pendekatan seperti itu, seluruh materi edukasi dan promosi tersebut setiap saat dapat dilihat dan dibaca oleh para pengunjung kebun binatang. Semua itu diharapkan dapat membentuk persepsi yang semakin positif dan berkesinambungan, juga menjadi magnitude tersendiri bagi wisatawan lokal dan asing di AS untuk mengunjungi berbagai destinasi wisata nasional. Selain itu, yang terpenting adalah eksistensi Indonesia melalui satwa langkanya yang khas akan tetap eksis di Kebun Binatang San Francisco dalam jangka waktu yang lama.
“Strategi promosi pariwisata tidak saja perlu pengembangan infrastruktur dan, misalkan, sekali acara langsung selesai. Yang tak kalah penting adalah upaya meningkatkan interpretasi terhadap suatu tujuan wisata, misalnya dengan storynomics tourism sebagai salah satu formula yang mengemas keindahan pariwisata dengan konten kreatif, narasi dan cerita menarik mengenai alam, habitat, kehidupan sosial-budaya serta upaya mengkapitalisasi rekam jejak positif seperti pelestarian dan wisata konservasi, sebagai kekuatan promosi destinasi wisata Indonesia," ujar Konsul Penerangan Sosial Budaya (Pensosbud) Mahmudin Nur Al-Gozaly.
Komodo dan orang utan dipilih untuk strategi promosi karena kedua binatang itu dikategorikan sebagai endangered animals (satwa langka) dunia dari Indonesia. Digunakannya Taman Nasional Komodo dalam promosi wisata tersebut karena taman tersebut telah masuk sebagai salah satu Situs Warisan Dunia oleh UNESCO. (yen)