Tawar Menawar Biden-Erdogan Soal Pesawat Tempur F-16
DIPLOMASI REPUBLIKA, WASHINGTON – Presiden AS Joe Biden melakukan komunikasi telepon selepas Recep Tayyip Erdogan terpilih kembali menjadi presiden Turki. Dua hal yang menjadi inti pembicaraan yaitu mengenai pembelian pesawat tempur F-16 dan NATO.
Pada percakapan pada Senin (29/5/2023) itu, Biden menyampaikan selamat atas kemenangan Erdogan di pilpres yang diselenggarakan sehari sebelumnya. Ankara menyatakan kembali keinginannya membeli pesawat tempur F-16.
Sedangkan ia merespons bahwa Washington hendak melihat Turki tak lagi keberatan Swedia bergabung menjadi anggota NATO. Biden menyatakan, dirinya berbicara dengan Erdogan dan memberikan ucapan selamat kepadanya.
‘’Erdogan masih berniat soal F-16. Saya katakana kepadanya, kami ingin bersepakat terkait Swedia maka tuntaskan itu segera. Maka nanti akan kembali saling melakukan kontak,’’ujar Biden sebelum meninggalkan Gedung Putih menuju Delaware. ‘’Pekan depan ada pembicaraan lagi.’’
Sebuah negara yang berkeinginan bergabung dengan NATO mesti memperoleh persetujuan dari seluruh anggota yang ada. Namun, hingga kini Turki dan Hungaria belum memberikan lampu hijau atas keinginan Swedia menjadi anggota baru NATO.
Di sisi lain, Turki berhasrat mencapai kesepakatan pembelian senilai 20 miliar dolar AS untuk mendapatkan sejumlah F1-6 dan hampir 80 modernisasi kit dari AS. Sayangnya, rencana penjualan ke Ankara mandek.
Penyebabnya, Kongres AS keberatan dengan pertimbangan catatan HAM Turki yang dianggap problematik serta kebijakan terkait Suriah. Selama ini, AS berniat menggulingkan pemerintahan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Sebenarnya, pemerintahan Biden berulangkali menyatakan tak masalah dengan penjualan F-16 ke Turki. Awal tahun lalu, Kongres meloloskan paket penjualan dengan nilai lebih kecil, 259 juta dolar AS. Mencakup pembaruan perangkat lunak avionic untuk pesawat F-16.
Penjualan terjadi setelah akhirnya Turki meratifikasi diterimanya Finlandia menjadi anggota baru NATO. Sebelumnya, Turki pun tak sepakat Finlandia masuk NATO. Pemerintahan Biden beberapa kali berdalih, tak ada hubungan antara F-16 dan keanggotaan NATO.
Namun, menurut Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada Januari lalu, AS menyatakan dengan jelas persetujuan terkait keanggotaan baru NATO akan menjadi pertimbangan positif oleg Kongres.
Senator baik dari Partai Demokrat maupun Republik, Februari lalu menyampaikan surat ke Biden. Dalam surat disebutkan, kegagalan Turki meratifikasi protokol akses Swedia dan Finlandia saat itu, akan menjadi faktor untuk menunda penjualan. Ini merujuk penjualan F-16 ke Turki.
Sebuah sumber mengungkapkan, AS sebelumnya menyampaikan kepada Turki, akan berat memperoleh persetujuan Kongres untuk penjualan F-16 kalau Ankara tak memberikan persetujuan masuknya Swedia ke NATO.
Swedia dan Finlandia melamar menjadi anggota NATO tahun lalu. Ini mengakhiri kebijakan panjang mereka untuk tak terlibat aliansi militer manapun, menyusul invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari tahun lalu.
Turki memberikan persetujuan ke Finlandia, pada akhir Maret tetapi masih keberatan dengan Swedia. Turki memandang Stockholm menjadi tempat berhimpunnya kelompok Kurdi yang di dalam negeri dicap sebagai teroris. Hungaria juga belum setuju Swedia masuk NATO.
Saat ini, prioritas Washington melihat Swedia bergabung dengan NATO pad pertengan Juli saat aliansi ini menggelar KTT di Lithuania. Sekjen NATO Jens Stoltenberg dalam ucapan selamatnya atas terpilihnya kembali Erdogan sebagai presiden juga menyinggung soal KTT NATO.
‘’Selamat Presiden (Erdogan) atas terpilihnya kembali Anda. Saya berharap kerja sama berkelanjutan dan bersiap untuk pertemuan NATO pada Juli mendatang,’’ katanya melalui akun Twitter.
Dalam pernyataannya, pihak kepresidenan Turki menyatakan, percakapan Biden-Erdogan melalui telepon menyepakati peningkatan kerja sama bilateral. Kemitraan kedua negara tumbuh meski di tengah tantangan regional dan global. (reuters/aljazirah/fer)