Mancanegara

Banyak Teori Mengemuka, Pelaku Peledakan Nord Stream Masih Gaib

Seorang pria memancing di Teluk Finlandia, tak jauh dari menara bisnis Lakhta Centre, markas besar perusahaan gas Rusia, Gazprom, di St Petersburg, Rusia, pada 13 Januari 2022. Sumber: AP Photo/Dmitri Lovetsky. File (Republika.co.id)
Seorang pria memancing di Teluk Finlandia, tak jauh dari menara bisnis Lakhta Centre, markas besar perusahaan gas Rusia, Gazprom, di St Petersburg, Rusia, pada 13 Januari 2022. Sumber: AP Photo/Dmitri Lovetsky. File (Republika.co.id)

DIPLOMASI REPUBLIKA, BERLIN – Sejumlah teori bertebaran mengenai serangan terhadap jaringan pipa gas alam Nord Stream. Terbaru, penyelidik Jerman mengkaji informasi yang menyebutkan tim sabotase menggunakan Polandia sebagai basis operasi.

Wall Street Journal, Sabtu (10/6/2023) melaporkan, dari Polandia dirumuskan serangan terhadap jaringan pipa gas di Laut Baltik pada September tahun lalu itu.

‘’Penyelidik merekonstruksi perjalanan dua pekan Andromeda, yacht sepanjang 15 meter, yang terlibat dalam sabotasi Nord Stream 1 dan 2,’’ demikian laporan surat kabar tersebut yang mengutip sejumlah orang yang mengetahui perjalanan Andromeda.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Terindikasi anggota tim sabotase meletakkan bahan peledak di Nord Stream 1, sebelum kemudian mengerahkan kapal itu menuju Polandia. Laporan itu menambahkan, Jerman mencoba mencocokkan sampel DNA yang ditemukan di kapal ke salah satu tentara Ukraina.

Juru bicara Federal Criminal Police Office dan Pemerintah Polandia belum bersedia merespons soal informasi tersebut. Namun, salah satu pejabat senior Polandia menyebut laporan surat kabar itu sebagai hasil propaganda Rusia.

Stanislaw Zaryn, wakil menko Layanan Khusus mengatakan, informasi mengenai Polandia atau Ukraina dalam dugaan pelaku peledakan Nord Stream 1 dan Nord Stream 2 berulang kali muncul di media. Ini berlangsung konsisten.

‘’Ini terus menerus dipakai Rusia untuk memengaruhi kesan atau dugaan bahwa Warsawa dan Kiev berada di balik insiden itu,’’ kata Zaryn. Invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, membuat Eropa bergantung pada gas alam Rusia.

Rusaknya Nord Stream membuat Eropa mencari sumber pasokan dari wilayah lain. Nord Stream 1 dan Nord Stream 2 masing-masing terdiri atas dua pipa dibangun oleh perusaan gas Rusia, Gazprom untuk memompa 110 miliar kubik meter gas alam per tahun ke Jerman.

Maret lalu, media Jerman mengidentifikasi kemungkinan keterlibat sebuah yacht dari perusahaan berbasis di Polandia yang dimiliki warga Ukraina dalam serangan itu.

Rusia tak sepenuhnya percaya dengan informasi yang disampaikan Barat mengenai pelaku peledakan pipa jaringan gas alam, Nord Stream. Termasuk yang terbaru bocoran informasi intelijen mengenai siapa sebenarnya di balik ledakan itu.

Kedubes Rusia di AS menyatakan, laporan yang mengungkap AS tahu rencana Ukraina menyerang Nord Stream, merupakan upaya terkoordinasi Barat untuk mengecoh dunia mengenai kebenaran terkait ledakan Nord Stream.

‘’Kampanye terkoordinasi Barat yang dipimpin AS, bertujuan membuat bingung komunitas internasional,’’ kata diplomat Rusia, Andrey Ledenev dalam pernyataan yang diunggah di saluran perpesanan, Telegram Kedubes Rusia, Rabu (7/6/2023).

Sehari sebelumnya, Washington Post mengutip bocoran informasi yang diunggah daring menyatakan, Juni tahun lalu, CIA mencermati informasi melalui badan mata-mata Eropa, bahwa pasukan operasi khusus Ukraina beranggotan enam orang hendak meledakkan Nord Stream.

‘’Alasan menyebarkan teori dan berbagai versi pandangan, didukung data rahasia komunitas intelijen lokal, untuk melahirkan banalitas,’’kata Ledenev. Sejumlah ledakan di bawah laut terjadi pada Nord Stream 1 dan Nord Stream 2 yang baru dibangun pada 2022.

Jaringan pipa gas alam ini menghubungkan Rusia dan Jerman melewati Laut Baltik. Ledakan ini terjadi di zona ekonomi Swedia dan Denmark. Dua negara ini menyatakan ledakan itu disengaja tetapi belum menyimpulkan siapa pelakunya.

Februari lalu, Kremlin menyatakan dunia mesti tahu siapa sebenarnya yang menyabotase Nord Stream dan pelakunya harus dihukum. Ini disampaikan setelah jurnalis investigasi AS menyatakan penyelam AS meledakan Nord Stream atas sepengetahuan Gedung Putih.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image