Serba Indonesia

Pencak Silat di Klender Perkokoh Pelestarian Kampung Budaya Betawi

Maestro silat Kelabang Liar, Abeh Lamsani (berjaket cokelat), berfoto bersama Tim Pengmas Universitas Indonesia (dok. tim pengmas UI).
Maestro silat Kelabang Liar, Abeh Lamsani (berjaket cokelat), berfoto bersama Tim Pengmas Universitas Indonesia (dok. tim pengmas UI).

DIPLOMASI REPUBLIKA, JAKARTA--Pencak Silat Kelabang Liar di Klender, Jakarta Timur, terus mengembangkan diri demi pelestarian budaya di masyarakatnya. Pendirinya, Abeh Lamsani, terus menghidupkan seni bela diri yang diminati oleh beragam kalangan, terutama generasi muda Betawi.

Setelah berguru kepada para ahli silat, termasuk aliran Cimande, dia lalu mengajarkan seni bela diri Kelabang Liar dan jurus kembangannya kepada para pemuda di lingkungan tempat ia tinggal. Namun, baru pada 21 Desember 2012, Padepokan Kelabang Liar diresmikan. Lokasinya berada di tengah permukiman penduduk. Tepatnya di Kampung Pulo Kambing, Klender, Jakarta Timur.

Hingga kini jumlah murid Padepokan Kelabang Liar sudah mencapai ratusan dan masih akan bertambah. Mereka sudah tersebar pada beberapa cabang di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Abeh yang sudah berumur 70 tahunan itu pun masih rajin mengajarkan ilmu silat ke cabang-cabang padepokannya. "Seperti di Tanah Delapan Puluh, Pondok Bambu, Cipinang Muara, Kampung Kapitan, Pulo Jahe, Bulak, Buaran, dan alhamdulillah Abeh ini selama satu minggu ini full mengajar silat selain di padepokan," kata Fahrizal.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Padepokan Kelabang Liar di Klender menjadi pusat beragam kegiatan Abeh Lamsani dan para muridnya. Walaupun diakui muridnya bahwa ada keterbatasan fasilitas di padepokan, hal itu tidaklah menyurutkan semangat generasi muda yang akan belajar silat.

"Kegiatan kelabang liar di tengah pasang surutnya tidak hanya silat, tetapi juga ada taman bacaan, latihan hadroh, pengajian anak-anak, dan ada pengajian bulanan juga. Namun, taman bacaan kini sedang vakum," kata Fahrizal, salah satu murid Abeh angkatan pertama sejak padepokan itu resmi berdiri.

Padepokan pecak silat yang mempunyai semboyan "Shalat, Shalawat, dan Silat" ini dianggap sebagai sarana untuk melestarikan budaya yang ada di masyarakat Betawi. Hal itu terbukti saat iringan musik hadroh Betawi yang dimainkan oleh anak-anak padepokan menyambut kedatangan tim dari Universitas Indonesia (UI) pada Ahad (27/8/2023).

Fahrizal mengatakan musik hadroh juga kerap mengiringi acara dan Upacara Palang Pintu khas Betawi, yang masih diadakan di lingkungan padepokan. "Kalau pas milad Kelabang Liar, ada iringan hadroh saat silat, penabuh gong ngikutin gerakan pesilat gitu," katanya.

Hari jadi Kelabang Liar diperingati setiap tanggal 21 Desember. "Namun, perayaannya tidak harus tanggal 21 saja, tapi disesuaikan, biasanya dilaksanakan pas hari libur," katanya menambahkan.

Sambil menyaksikan pertunjukan gerakan khas Kelabang Liar dari beberapa murid remaja, antara lain tinju kelabang dan kera kelabang, tuan rumah mempersilakan Tim Pengmas UI untuk mencicipi makanan khas tradisional Betawi. Ada makanan yang menarik perhatian karena nama dan bentuknya.

Namanya 'gudel gupak'. Makanan ini tidaklah sama dengan uli gupak, makanan khas Betawi lainnya. Jika uli gupak berbahan dasar singkong, gudel gupak terbuat dari campuran beberapa jenis tepung dengan pandan yang menjadi pewarna hijau dan pemberi aromanya. Namun, persamaan uli gupak dan gudel gupak adalah pemberian cairan gula merah yang telah dicampur kelapa parut. Kue gudel gupak hanya ditemukan pada momen tertentu, misalnya hari perayaan ulang tahun padepokan dan Lebaran.

Ketua Tim Pengmas UI, Dr Syahrial M.Hum, mengatakan kecintaan terhadap budaya dan tradisi masyarakat Betawi dapat memperkokoh pelestarian Kampung Betawi yang semakin lama kian berkurang. "Sebagian pindah ke daerah-daerah lain sehingga budayanya pasti tercerabut. Bagaimana caranya budaya itu tetap ada dan diturunkan dari waktu ke waktu, dan dari generasi ke generasi supaya kita tidak kehilangan warisan budaya," ujarnya.

Menurut dia, leluhur Betawi mengajarkan kearifan juga kebaikan, contohnya dengan seni bela diri untuk kesehatan. "Alangkah baiknya itu tidak hilang. Saya dan generasi muda sama-sama ikut melestarikan tradisi budaya itu, apa pun bentuknya, mau makanan, tarian, silat, dan lain sebagainya karena itu milik orang Betawi. Siapa lagi yang akan terus merawat dan melestarikan kalau bukan orang Betawi sendiri," katanya dalam sambutan pada kegiatan yang bertajuk "Pengembangan Seni Bela Diri Silat Kelabang Liar di Klender dalam mendukung Pelestarian Kampung Betawi" di Jakarta, Ahad (27/8/2023).

Kegiatan tersebut merupakan satu bagian dari Program Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Universitas Indonesia (UI) tahun 2023. Kegiatan yang berlangsung pada Juli hingga November 2023 ini dilaksanakan oleh empat dosen UI dan tiga mahasiswa dari FIB UI. (rin)

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image