Komunitas Sikh Cemas karena Ketegangan Diplomatik Antara India dan Kanada

Mancanegara  
Foto mendiang Hardeep Singh Nijjar terlihat pada spanduk di Surrey, British Columbia, Senin (18/11/2023) (Darryl Dyck/The Canadian Press via AP)
Foto mendiang Hardeep Singh Nijjar terlihat pada spanduk di Surrey, British Columbia, Senin (18/11/2023) (Darryl Dyck/The Canadian Press via AP)

DIPLOMASI REPUBLIKA, BHARSINGHPURA – Ketegangan diplomatik antara India dan Kanada membuat komunitas Sikh di Punjab, India, dihantui kecemasan. Komunitas Sikh khawatir juga waswas dengan adanya kebijakan pemerintah nasional Hindu yang dapat merugikan mereka, terutama prospek masa depan untuk mendapatkan kehidupan lebih baik di Amerika Utara.

Ketegangan diplomatik antara kedua negara itu terkait dengan kematian Hardeep Singh Nijjar (45 tahun). Dia seorang tukang ledeng yang meninggalkan Punjab, negara bagian di wilayah utara India, yang kemudian menjadi warga Kanada. Nijjar merupakan pemimpin separatis di antara Sikh yang menetap di Kanada. Ia ditembak mati pada Juni lalu di luar sebuah kuil di Vancouver.

Pekan lalu, Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, menyatakan Ottawa memiliki tuduhan kredibel bahwa agen-agen Pemerintah India kemungkinan terlibat dalam pembunuhan Nijjar, yang pada 2020 dilabeli sebagai teroris oleh India.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

India naik pitam atas tuduhan Kanada dan menyebutnya absurd. India kemudian mengusir kepala intelijen Kanada, mengeluarkan travel warning, menghentikan penerbitan visa untuk warga Kanada, dan menurunkan tingkat hubungan diplomatik dengan Kanada.

Di Desa Bharsinghpura, terdapat memori mengenai Nijjar. Pamannya, Himmat Singh Nijjar (79) menyatakan pandangannya mengenai tindakan yang diambil PM Trudeau. ’’Warga lokal di sini menyebut Trudeau terlalu berani menuduh pemerintahan PM Narendra Modi terlibat pembunuhan itu,’’ katanya, Senin (25/9/2023).

Dia pun menyayangkan tindakan Trudeau. ‘’Untuk nasib satu orang biasa, ia tak perlu mengambil risiko besar bagi pemerintahannya," katanya. Ia pun mengkhawatirkan rusaknya hubungan diplomatik Kanada-India serta menurunnya prospek ekonomi di Punjab.

Punjab telah terlampaui oleh negara bagian lainnya yang fokus pada manufaktur, jasa layanan, dan teknologi dalam dekade terakhir ini. ’’Sekarang setiap keluarga ingin mengirimkan anaknya ke Kanada, seiring usaha pertanian di sini tak menghasilkan banyak.’’

India adalah pengirim mahasiswa internasional terbesar ke Kanada. Tahun lalu, jumlahnya melonjak 47 persen menjadi 320 ribu orang.

‘’Kami takut apakah Kanada memberi visa atau India akan menghalangi kami,’’ kata Gursimran Singh (19) yang ingin belajar di Kanada. Ia berada di kuil tersuci Sikh, Golden Temple, Amritsar, tempat banyak siswa berdoa dapat dan bersyukur memperoleh visa. ’’Pemerintahan Modi menciptakan suasana ketakutan khususnya bagi anak-anak muda,’’ kata Sandeep Singh (31) seorang warga lainnya.

Hubungan Sikh di Punjab dan pemerintahan Modi yang didukung Bharatiya Janata Party (BJP) menegang setelah petani Sikh berunjuk rasa selama setahun. Para petani Sikh menentang deregulasi pertanian pada 2020 dan mengeblok New Delhi. Akhirnya, Modi memenuhi tuntutan mereka.

‘’Jika kami (Sikh) melakukan unjuk rasa, para orang tua tak akan berlaku seperti anak-anak muda berpartisipasi dalam aksi tersebut sebab mereka takut anaknya bisa menemui nasib seperti Nijjar di Kanada,’’ kata Singh menegaskan.

Sikh berjumlah dua persen dari total populasi India 1,4 miliar orang, tetapi mereka kelompok mayoritas Punjab. Negara bagian ini berpenduduk 30 juta orang, agama yang mereka anut lahir 500 tahun lalu. Di luar Punjab, jumlah terbesar komunitas Sikh hidup di Kanada. (fer/reuters)

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image