Mancanegara

Keluarga Korban Tuntut Penyelidikan Khusus Atas Tragedi Itaewon

Jalanan di Itaewon, Seoul, setelah peristiwa tragedi Itaewon  (EPA-EFE/JEON HEON-KYUN)
Jalanan di Itaewon, Seoul, setelah peristiwa tragedi Itaewon (EPA-EFE/JEON HEON-KYUN)

DIPLOMASI REPUBLIKA, SEOUL— Satu tahun berlalu, tragedi Itaewon masih menyisakan kesedihan yang mendalam di pihak keluarga korban. Mereka pun menuntut penyelidikan independen atas bencana tersebut saat memperingati tragedi pada malam Halloween tahun lalu itu pada Ahad (29/10/2023).

Pada peringatan tersebut, pihak keluarga korban mengunjungi kawasan Itaewon, meletakkan bunga dan menyampaikan belasungkawa di sebuah gang, tempat terjadinya kecelakaan tersebut. Beberapa orang menangis di dekat dinding yang ditempeli kertas berisi pesan kedukaan.

Tragedi Itaewon merupakan salah satu tragedi yang mematikan. Sebanyak 159 orang tewas akibat massa yang berdesakan-desakan di Itaewon, sebuah distrik hiburan malam populer di Seoul. Sebagian besar dari mereka berusia 20-an dan 30-an tahun berkumpul di sana untuk merayakan Halloween (30/10/2022).

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

"Aku minta maaf. Aku minta maaf karena aku tidak bisa melindungimu. Aku mencintaimu,” kata Song Jin Young (55 tahun), ayah salah satu korban.

Di Itaewon, para keluarga juga menghadiri doa bersama untuk orang yang mereka cintai. Mereka meneriakkan slogan-slogan yang meminta Presiden Yoon Suk Yeol untuk menyampaikan permintaan maaf yang lebih tulus dan Menteri Keamanan Lee Sang-min untuk mengundurkan diri atas bencana tersebut.

"Meminta maaf! Meminta maaf!" kata mereka berteriak.

Kelompok ini berbaris melalui Seoul sebelum tiba di alun-alun untuk menghadiri upacara peringatan yang dihadiri ribuan orang.

Dalam pidatonya, Lee Jeong-min, perwakilan keluarga, mendesak Presiden Yoon untuk mendukung upaya membuat undang-undang khusus, dengan membuka penyelidikan independen atas tragedi tersebut.

“Kami melakukan yang terbaik untuk membesarkan anak-anak kami, tetapi kami bahkan tidak dapat menyentuh mereka ketika mereka tiba-tiba menghilang. Di mana kita bisa membicarakan kebencian kita terhadap kenyataan ini?” kata Lee.

Dia mengatakan, undang-undang khusus tersebut akan menjadi undang-undang yang paling penting untuk menemukan penyebab bencana Itaewon dan membahas pencegahan terulangnya insiden serupa.

Beberapa politikus oposisi pun mengkritik Presiden Yoon karena gagal menghadiri upacara tersebut. Mereka berjanji untuk mengesahkan undang-undang khusus untuk menyelesaikan tragedi tersebut.

Peringatan tersebut berakhir dengan kerumunan orang meneriakkan, “Kami akan mengingatmu” ketika nama masing-masing dari 159 korban dipanggil. Mereka juga meletakkan bunga di depan foto korban pada sebuah altar.

Keluarga korban mengatakan mereka telah mengundang Presiden Yoon ke upacara peringatan tersebut. Akan tetapi, Presiden menghadiri kebaktian untuk para korban di sebuah gereja di Seoul.

Kantor kepresidenan tidak secara eksplisit menjelaskan alasan Presiden melewatkan peringatan tersebut. Namun, media lokal melaporkan hal itu karena kekhawatiran bahwa acara tersebut dapat digunakan untuk kepentingan politik oleh para pesaingnya.

Dalam pidatonya di gereja, Yoon mengatakan bahwa hari terjadinya tragedi “adalah hari ketika saya merasakan kesedihan terbesar sepanjang hidup saya.” Yoon mengatakan dia menyampaikan simpati yang mendalam kepada keluarga korban dan berjanji untuk membangun Korea Selatan yang lebih aman.

Pada Januari lalu, penyelidikan khusus polisi menyimpulkan bahwa polisi dan pejabat kota gagal merumuskan langkah-langkah pengendalian massa yang efektif meskipun telah mengantisipasi dengan tepat sejumlah besar orang yang berkerumun di Itaewon. Para penyelidik mengatakan bahwa polisi juga mengabaikan panggilan hotline dari pejalan kaki, yang memperingatkan akan membengkaknya kerumunan sebelum lonjakan tersebut berubah menjadi mematikan.

Lebih dari 20 polisi dan pejabat lainnya dilaporkan diadili atas bencana tersebut. Namun, tidak ada pejabat tingkat tinggi yang dituntut atau dimintai pertanggungjawaban, itulah alasan keluarga dan anggota parlemen oposisi menyerukan penyelidikan yang independen.

Perayaan Halloween tahun ini di Korea Selatan tampak berbeda. Sebagian besar bar, restoran, dan toko menghindari acara bertema Halloween untuk mengenang para korban. Hanya sejumlah kecil orang yang mengenakan kostum Halloween terlihat di Itaewon dan tempat hiburan lainnya di Seoul pada Jumat dan Sabtu. (zed)

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image