Kabar Diplomasi

Tinggal Hitung Hari Menuju COP28 Dubai

Logo COP28 Dubai (dok. UN library)
Logo COP28 Dubai (dok. UN library)

DIPLOMASI REPUBLIKA, JAKARTA-- Conference of the Parties (COP) ke-28 atau Konferensi Para Pihak anggota The United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) akan diselenggarakan di Dubai, Uni Emirat Arab. Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim ini bakal berlangsung pada 30 November sampai dengan 12 Desember 2023. Prasesinya, pada 24 November hingga 29 November 2023.

Konferensi Tingkat Tinggi bidang Perubahan Iklim ini menjadi momentum penting, yang menyangkut aksi pengendalian meningkatnya suhu bumi global, termasuk sebagai peluang utama untuk fokus pada agenda iklim. Fokus selama satu dekade terakhir adalah mencapai tujuan yang ditetapkan pada COP21 tahun 2015, yang menghasilkan Perjanjian Paris, suatu perjanjian internasional yang mengikat secara hukum mengenai perubahan iklim yang diadopsi oleh 196 negara.

Tema yang diusung COP28 adalah "inventarisasi global", yang pada dasarnya merupakan penginventarisan kemajuan masing-masing negara dalam mencapai tujuan Perjanjian Paris.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Lebih dari 70.000 peserta, termasuk kepala negara, pejabat pemerintah, pemimpin industri, akademisi, dan perwakilan dari delegasi serta organisasi lainnya diperkirakan akan menghadiri COP28. Sebagai platform dialog yang inklusif, COP28 nantinya terbagi jadi dua ruang khusus, yakni Zona Biru dan Zona Hijau.

Zona Biru yang dikelola UNFCCC, terbuka untuk delegasi pihak terakreditasi dan pengamat, seperti 198 pihak negosiator dari 197 Negara dan UEA, pengamat (LSM, IGO, Badan PBB), media, dan pemimpin dunia. Zona ini menjadi tuan rumah, antara lain untuk negosiasi formal, diskusi panel, acara ceramah, dan acara budaya selama dua minggu konferensi.

Sementara itu, Zona Hijau adalah ruang yang dikelola oleh Kepresidenan COP28 UEA. Zona ini menawarkan platform bagi delegasi yang tidak terakreditasi, termasuk kelompok pemuda, masyarakat sipil, LSM, sektor swasta, dan kelompok masyarakat adat agar suara mereka didengar, yang mendorong dialog dan kesadaran tentang aksi iklim. Zona Hijau tidak dipungut biaya dan terbuka untuk umum.

Bagaimana persiapan Indonesia?

Delegasi Republik Indonesia (RI) menyiapkan diri untuk perundingan di COP 28. Melansir laman KLHK, bertempat di Jakarta (4/8/2023), Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, memberikan bekal sebagai persiapan para Delegasi RI menghadapi berbagai perundingan di COP28 Dubai.

Dalam arahannya, Menteri Siti menjelaskan COP28 diiringi dengan persoalan dunia, yaitu Triple Planetary Crisis yang terdiri atas perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Persoalan tersebut menjadi tantangan global yang sedang dihadapi saat ini. Menurut dia, diperlukan kolaborasi serta kerja sama, baik bilateral maupun multilateral, guna mempertahankan masa depan Bumi agar tetap layak huni.

“Ketiga persoalan itu, bila didalami maka ultimate masalahnya adalah indikasi kerusakan atmosfer, baik dengan simpton hilangnya biodiversity, ataupun dahsyatnya polusi, yang ujungnya adalah kerusakan atmosfer, dengan peningkatan emisi gas rumah kaca di tingkat global dan terjadinya perubahan iklim,” kata Menteri Siti, dikutip Selasa (7/11/2023).

Menteri Siti menegaskan, sejak 2015, Indonesia terus berkomitmen untuk melakukan upaya penurunan emisi gas rumah kaca dan menyampaikan berbagai dokumen wajib ke Sekretariat UNFCCC.

Secara umum, COP28 memiliki ekspektasi target pada beberapa hal, yaitu:

(1) Menghasilkan keputusan yang tepat untuk pemanfaatan nyata atas hasil Global Stocktake Pertama (1st GST);

(2) Hasil yang ambisius pada Adaptasi melalui Global Goal on Adaptation (GGA), loss and damage (LnD), dan finance yang terkait dengan LnD tersebut; dan

(3) Melaksanakan apa yang telah dimulai dan diperdebatkan di Bonn, yakni pendetailan Mitigation Work Programme (MWP).

Dia menyatakan pilihan tema Paviliun Indonesia, yaitu "Indonesia’s Climate Actions: Inspiring The World", yang didukung dengan empat subtema:

(1) stronger new renewable energy commitments,

(2) robust Climate Action on Land based Sector,

(3) inspiring finance and technology innovations, dan

(4) solid collaborative climate action of people’s prosperity.

Menteri Siti mengharapkan, Paviliun Indonesia pada COP28 nanti dapat menjadi wahana soft diplomacy atau diplomasi secara tidak langsung. Sesuai dengan tema yang diangkat paviliun Indonesia, Indonesia ingin menunjukkan kepada dunia mengenai beragam upaya Indonesia dalam bentuk aksi nyata dan tindakan konkret untuk mengatasi perubahan iklim global. (zed)

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image