Houthi Kuasai Laut Merah, Perdagangan Dunia Kacau
DIPLOMASI REPUBLIKA, FRANKFURT – Perusahaan pengapalan Jerman, Hapag-Lloyd dan Hong Kong, yaitu OOCL memutuskan untuk menghindari Laut Merah. Ini pernyataan mutakhir dari perusahan-perusahaan pengapalan menyusul serangan kelompok perlawanan Houthi atas kapal-kapal kargo.
Hapag-Lloyd berencana mengubah rute 25 kapalnya pada akhir tahun ini dari perairan Laut Merah, menyusul meningkatnya pengangkutan dan jumlah barang yang mesti segera dikapalkan karena terjedanya pengapalan akibat serangan Houthi.
Mereka bakal menghindari Laut Merah dan Terusan Suez, Mesir, yang berarti mau tidak mau mengikuti rute yang lebih jauh lagi di sekitar wilayah Afrika. Houthi yang menguasai Yaman, dalam beberapa pekan ini menyerang kapal yang melintasi Teluk Bab al-Mandab.
Teluk tersebut berada di ujung selatan Laut Merah. Para pedagang juga sedang berpikir untuk mencari alternatif mengirimkan barang dagang ke konsumennya, termasuk menggunakan penerbangan. Dengan situasi terkini, pengiriman bisa bertambah dari 10 hingga 14 hari.
OOCL pun berupaya mengalihkan rute kapalnya. ’’Merespons situasi sekarang, kami mendorong kapal yang dioperasikan OOCL mengubah rute atau menunda melewati Laut Merah,’’ demikian pernyataan OOCL yang berkantor pusat di Hong Kong, Kamis (21/12/2023).
Langkah Houthi menyerang kapal kargo yang melintas di Laut Merah sebagai respons atas serangan berkelanjutan Israel ke Gaza yang sampai saat ini menyebabkan lebih dari 19 ribu warga sipil kehilangan nyawa.
Langkah Houthi juga menjeda perdagangan dunia karena kapal-kapal pengangkut barang menghindari jalur Laut Merah. Mereka kini enggan melewati Terusan Suez, Mesir, yang menghubungkan Laut Mediterania dan Laut Merah yang saat ini menjadi ajang unjuk kekuatan Houthi.
Sebanyak 12 persen aliran perdagangan dunia melalui Terusan Suez, sangat penting dalam pergerakan barang dagangan antara Asia dan Eropa. Perusahaan logistik mengkhawatirkan juga kondisi buruk sekarang ini.
Kalau mengubah rute pengapalan barang dagangan, akan menyebabkan perlunya dukungan pelabuhan tambahan dan menjadikan jumlah kapal pengangkut, kontainer, serta peralatan terkait terbatas.
‘’Situasi ini cair, segala hal bisa berubah dengan cepat, karena itu rencana darurat mesti disiapkan demi menjaga rantai pasok tetap berjalan,’’ kata Matthew Burgess, wakil presiden layanan pengapalan global pada CH Robinson Worldwide.
Christian Sur, wakil presiden eksekutif di perusahaan pengangkutan laut Unique Logistics menambahkan, krisis pada rantai pasok bisa membuat kapal tak berlayar, mengacaukan keberangkatan dan jadwal kedatangan di tempat pelabuhan tujuan.
Perusahaan Freightos pada awal pekan ini mengungkapkan, ongkos untuk mengapalkan sebuah kontainer dari Cina ke Mediterania naik 44 persen pada Desember mencapai 2.413 dolar AS, ini dampak dari serangan Houthi di Laut Merah.
Sur mengingatkan, jika konflik terus berlangsung atau bahkan mengalami peningkatan, ongkos kargo yang sebelumnya tak masuk dalam perjanjian kontrak kerja sama bisa naik dua kali lipat bahkan tiga kali lipat dari ongkos yang berlaku sekarang.
Produsen furnitur global, IKEA merupakan salah satu di antara perusahaan yang menyatakan adanya potensi penundaan pengiriman dan krisis kekurangan stok barang. Pembuat eskalator asal Finlandia, Kone, memperkirakan pengapalan bisa tertunda dua atau tiga pekan.
Barang-barang yang dikapalkan menggunakan kontainer, termasuk aparel, mainan, dan makanan paling berisiko. Produk-produk lainnya juga terpengaruh. Para pengekspor kedelai dari AS juga kini menghadapi dilema.
Mereka sebelumnya mengubah rute pengapalan dari Terusan Panama ke Suez, kini mempertimbangkan mengirimkan hasil panennya dengan kereta barang ke Pantai Barat, kemudian dari sana mengapalkannya secara langsung ke Cina dan pasar Asia lainnya.
Langkah ini demi menghindari pelayaran jauh yang mengarungi wilayah Amerika Selatan atau Afrika. ‘’Anda semua menghadapi pilihan tak ideal yang tersedia,’’ Eksekutif Direktur Soy Transportation Coalition, Mike Steenhoek.
Para pengamat mengingatkan, sejumlah peritel akan mengalami stok barang yang menipis pada Februari. Mungkin bisa terjadi seperti pascapandemi, yakni mereka akan membeli pasokan barang dari wilayah berbeda-beda. (reuters/han)