Corner

Cerita Panji Sebagai 'Memory of the World' UNESCO

Cerita Panji (dok. kemdikbud)
Cerita Panji (dok. kemdikbud)

Dalam kesusastraan Melayu lama, Cerita Panji sangatlah populer di kalangan masyarakat pada masa itu. Cerita Panji ini merupakan adaptasi dari sastra Jawa yang juga sangat populer di masyarakat Jawa dan Bali. Mengapa dikatakan populer?

Liaw Yock Fang—ahli sejarah kesusastraan Melayu klasik—mengungkapkan alasannya bahwa banyak naskah Cerita Panji yang masih disimpan di beberapa perpustakaan, baik di London, Leiden, Jakarta, dan Kuala Lumpur. Selain itu, Cerita Panji dianggap mirip dengan cerita penglipur lara yang bercerita tentang pengembaraan dan peperangan, yang dibumbui cerita panakawan yang sangat lucu.

Dikutip dari buku Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik, Cerita Panji dianggap muncul pada zaman Majapahit karena di dalamnya terdapat kutipan sejarah Jawa, seperti Babad Tanah Jawi, Serat Kandi, dan sebagainya. Cerita ini biasanya dipertunjukkan pada perkawinan raja-raja, terutama abad ke-12 sampai dengan abad ke-14. Karena itu, naskah cerita ini sangat banyak, baik di Jawa maupun luar Jawa. Dijelaskan bahwa pada abad tersebut, pangeran dan putri Jawa dikirim ke luar Jawa untuk dinikahkan dengan keluarga raja-raja yang bersahabat dengan raja-raja Jawa.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Bersama rombongan pangeran dan putri Jawa tersebut, menurut Liaw Yock Fang, selalu terdapat dalang dan perlengkapan wayang gedog untuk dipentaskan pada saat perayaan perkawinan. Lakon yang diangkat pada perayaan tersebut adalah Cerita Panji yang biasanya akan diadaptasi sesuai dengan keadaan daerah setempat dan disalin dalam berbagai bahasa, seperti Melayu, Bali, Campa, dan Thai.

Umumnya, lakon tersebut menyebut negeri putri yang dinikahi oleh pangeran Jawa sebagai Daha, sedangkan putri Jawa menyebut negeri pangeran yang dinikahinya adalah Kuripan. Maka dari itu, Daha dan Kuripan sering ditemui sebagai nama tempat di Kalimantan, Lombok, Bali, atau Sumatra.

Cerita Panji yang tersebar di Bali disebut cerita Malat. Di Makassar, Cerita Panji menjadi Hikayat Cekela. Palembang mengenal Cerita Panji sebagai Panji Angrani. Di Jawa, Cerita Panji sering dilakonkan dalam wayang gedog dan wayang topeng.

Lalu, di dalam kesusastraan Melayu lama, Cerita Panji memiliki banyak judul. Beberapa di antaranya adalah Hikayat Galuh Digantung, Hikayat Cekel Waneng Pati, Hikayat Panji Kuda Semirang, Hikayat Panji Semirang, Hikayat Misa Taman Jayeng Kusuma, Hikayat Dewa Asmara Jaya, dan Hikayat Undakan Penurat.

Cerita Panji ditetapkan sebagai Memory of the World (MoW) oleh UNESCO pada 31 Oktober 2017. Selain naskah Panji, ada pula dua arsip warisan Indonesia yang mendapat sertifikat penghargaan sebagai Memory of The World, yakni Arsip Candi Borobudur dan arsip Tsunami Samudera Hindia.

Mengutip laman preservasi.perpusnas pada Rabu (3/1/2024), pengusulan naskah Panji sebagai Memory of The World berdasarkan analisis kajian para pakar dan filolog. Mereka menyimpulkan bahwa Cerita Panji yang bermuara pada masa kejayaan kerajaan Kediri (Jawa Timur) dengan tokoh utama Raden Panji Inu Kertapati dan Dewi Candrakirana merupakan cerita roman yang memiliki nilai-nilai universal. Disebutkan pula bahwa cerita populer tersebut telah menyebar bukan hanya di wilayah Indonesia, melainkan juga Thailand, Myanmar, Kamboja, dan Malaysia, dengan berbagai aksara dan bahasa yang berbeda.

Pengusulan naskah Panji tersebut dilakukan dengan Joint Nomination. Perpustakaan Nasional mencantumkan 76 naskah cerita Panji dalam 22 versi judul naskah, Leiden University Library mencantumkan 252 naskah Panji dalam delapan bahasa daerah, National Library of Malaysia mencantumkan tujuh naskah Panji, National Library of Cambodia dengan satu naskah Panji, dan British Library memberikan pernyataan dukungan naskah Panji untuk diajukan sebagai 'Memory of the World' UNESCO. (lur/zed)

Berita Terkait

Image

Kebangkitan Rendo dari 'Mati Suri'

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image