Industri Terganggu, Militer Jerman Didesak Gabung AS Jaga Laut Merah

Militer  

Berdasarkan data German Shipowners' Association, dengan pangsa pasar 10,7 persen, Jerman masuk menjadi salah satu pasar pengapalan kontainer terbesar dunia. Niedermark menuturkan, ketegangan di Laut Merah menimbulkan ketidakpastian.

Kondisi itu menyebabkan tertundanya kedatangan kapal sesuai jadwal dan perusahaan-perusahaan Jerman mengeluarkan ongkos tambahan yang besar. ‘’Industri yang bergantung pada pasokan bahan mentah atau komponen dari Asia terdampak situasi di Laut Merah,’’ katanya.

Pernyataan asosiasi industri Jerman itu merupakan yang paling keras disampaikan industri di Jerman. Mereka menyatakan, tertundanya suplai komoditas perdagangan di salah satu urat nadi perairan dunia akan mengganggu perusahaan dan bisnis dalam negeri.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Padahal, mereka juga telah mengalami kesulitan akibat resesi ekonomi dunia. Perusahaan-perusahaan pengapalan global telah mengalihkan rute, menyusul serangan kelompok Houthi yang berbasis di Yaman dan mempunyai afiliasi dengan Iran.

Serangan ini Houthi lakukan untuk menunjukkan dukungan terhadap perjuangan Hamas melawan Israel di Gaza. Perusahaan seperti Maersk, pada Jumat lalu menyatakan akan menghindari dari rute Laut Merah, melahirkan kekhawatiran terganggunya alur perdagangan lebih lama.

Sebab, menghindari Terusan Suez yang menghubungkan Laut Merah dengan Mediterania dan memilih Tanjung Harapan, Afrika menambah ongkos bahan bakar sebesar 1 juta dolar AS. Selain menambah panjang 10 hari perjalanan dari Asia menuju Eropa utara.

Kenyataan ini meningkatkan keprihatinan selain pada inflasi global sebab semua yang terjadi di Laut Merah, membuat perusahaan membebankan harga jual lebih tinggi kepada konsumen. (reuters/han)

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image