Paguyuban Sunda Berharap Ada Desa Wisata Pencak Silat di Gorontalo
Diplomasi.Republika.co.id-- Siapa yang tidak mengenal seni bela diri yang satu ini? Pencak silat merupakan seni bela diri yang sudah tidak asing bagi kalangan masyarakat rumpun Melayu, seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, hingga Thailand.
Di Tanah Air, pencak silat tersebar di provinsi-provinsi, antara lain Bali, Madura, NTB, Sumatra Utara, Jawa Barat, Jawa Timur, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Kalimantan Timur, dan Gorontalo. Bahkan, Kota dan Kabupaten Madiun (Jawa Timur) berjuluk 'kota pendekar' dan 'kampung pesilat' karena banyaknya jumlah perguruan silat di sana.
Indonesia sendiri memiliki induk organisasi pencak silat yang bernama Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Berdasarkan data IPSI, tercatat ada lebih dari 840 perguruan pencak silat.
Tidak usah heran apabila penamaan pencak silat di setiap daerah pun berbeda-beda. Nah, di Jawa Barat, seni bela diri ini memiliki nama khusus. Pecak silat disebut sebagai 'maenpo' atau 'penca' saja, tanpa ada tambahan silat.
Menurut Rusyana (1996: 96), penca secara hakikat adalah "kemahiran teknis bela diri yang bukan semata-mata mengandalkan kekuatan jasmani, melainkan kecerdasan akal dan kepekaan rasa, yang diperoleh melalui latihan yang tekun".
Meskipun termasuk olahraga yang dilombakan di tingkat nasional ataupun internasional, pencak silat justru mengandung nilai-nilai spiritual dan budaya.
Maka itu, di tiap-tiap daerah, seni bela diri tersebut memiliki kekhasan sistem, baik teknik, falsafah, maupun aliran atau ajarannya.
Contohnya, masyarakat Sunda mengenal beragam aliran dalam seni bela diri tersebut, sebut saja pencak silat Timbangan, pencak silat Cikalong, dan pencak silat Cimande. Sedangkan pada masyarakat Betawi, dapat ditemukan pencak silat Sekojor dan pencak silat Gamblong.
Pencak silat juga sudah ditetapkan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) sebagai warisan budaya takbenda pada 2019. Hal itu menandakan bahwa pencak silat menjadi identitas, lambang keberagaman, sekaligus pemersatu masyarakat.
Biasanya pencak silat sebagai bagian dari tradisi akan menyebar ke daerah-daerah. Komunitas ataupun masyarakat pendukungnya akan menghidupkan dan mengembangkan seni tersebut.
Salah satunya, Paguyuban Warga Pasundan (PWP) Gorontalo, yang mementaskan pencak silat di Boliyohuto, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Selain pencak silat, ditampilkan pula atraksi seni musik Sunda pada Ahad (20/3/2022).
"Pentas tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya melestarikan seni musik dan bela diri Sunda," kata Ketua PWP Gorontalo, Adnan, seperti dikutip dari Antara.
Pencak silat sebagai seni bela diri dari tanah Pasundan Jawa Barat itu, menurut dia, juga diminati warga Gorontalo.
"Bahkan, pelatih dari Padepokan Teratai Putih PWP Gorontalo itu sendiri adalah putra Gorontalo asli," kata Adnan.
Sementara itu, Irwanta, asisten II Setda Provinsi Gorontalo, mengatakan, pertunjukan pecak silat dapat menjadi bagian dari upaya untuk mendorong pariwisata di Gorontalo.
Sejalan dengan upaya tersebut, Adnan pun mengharapkan keberadaan desa wisata khusus pencak silat di Gorontalo. "Pemerintah provinsi, kabupaten, kecamatan, dan desa untuk bisa menjadikan Desa Sido Mulyo Selatan sebagai Desa Wisata Bela Diri Pencak Silat," katanya.
Kegiatan pentas seni tersebut ditutup dengan aksi sosial, sekaligus untuk menyambut bulan Ramadhan. PWP Gorontalo membagikan minyak goreng kepada warga Boliyohuto, terutama bagi yang memerlukan. (rin)