Tradisi Ulur-Ulur untuk Merawat Air Kehidupan

Serba Indonesia  
Para peserta arak-arakan tradisi Ulur-ulur tengah bersiap menuju Telaga Buret di Desa Sawo, Tulungagung. (dok: Luqman Hakim)
Para peserta arak-arakan tradisi Ulur-ulur tengah bersiap menuju Telaga Buret di Desa Sawo, Tulungagung. (dok: Luqman Hakim)

DIPLOMASI REPUBLIKA, --Ritual Ulur-ulur merupakan tradisi yang terdapat di beberapa desa di Tulungagung, Jawa Timur. Ritual diselenggarakan sebagai bentuk rasa syukur masyarakat desa terhadap limpahan air dari telaga yang menjadi penyangga aktivitas agraris mereka.

Luqman Hakim, peneliti tradisi lisan, menceritakan pengalamannya ketika meneliti tradisi Ulur-ulur. Menurut dia, ritual ini sangat lekat dengan alam dan kultur agraris.

"Berdasarkan data dari BPS tahun 2019, luas sawah di Kabupaten Tulungagung mencapai 27.616 hektare. Khusus Kecamatan Campurdarat, luas total sawah irigasi dan non-irigasi mencapai 1.317 hektare. Angka ini cukup besar, apalagi sebagian wilayah Campurdarat merupakan pegunungan karst yang menjadi area tambang batu marmer," kata Luqman, yang juga seorang dosen, dalam keterangannya beberapa waktu lalu.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Dia mengatakan, kondisi demografis tersebut membuat ketergantungan masyarakat Campurdarat, khususnya wilayah empat desa pelaksana ritual, terhadap air menjadi sebuah keniscayaan. "Desa Sawo, Ngentrong, Gedangan, dan sebagian Desa Gamping yang berada di Kecamatan Campurdarat," katanya.

Masyarakat empat desa tersebut masih memegang tradisi agraris dan melaksanakan ritual Ulur-ulur di Telaga Buret, Desa sawo. Biasanya ada arak-arakan menuju lokasi yang menjadi pelaksanaan ritual.

Dia pun menjelaskan proses ritual yang pernah disaksikannya pada 2022. "Ritual dilaksanakan, antara lain dengan mengadakan slametan dan menampilkan Tayub di area Telaga Buret," katanya.

Telaga Buret di Desa Sawo yang masih terawat karena terkait dengan keberadaan tradisi Ulur-ulur (dok: Luqman Hakim)
Telaga Buret di Desa Sawo yang masih terawat karena terkait dengan keberadaan tradisi Ulur-ulur (dok: Luqman Hakim)

Dari ketiga sumber mata air yang dia datangi, Telaga Buret merupakan sumber mata air terbesar dengan kondisi paling baik. Menurut dia, kondisi tersebut tidak bisa dilepaskan dari keberadaan ritual Ulur-ulur yang membuat masyarakat menjaga lingkungan telaga.

Selain itu, ritual Ulur-ulur dan Telaga Buret ini terkait dengan cerita rakyat, yakni Legenda Eyang Jigang Joyo. Ritual Ulur-ulur ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda pada 2020.

Saat ditanya apakah tahun ini ada pelaksanaan ritual ulur-ulur di Telaga Buret, mengingat musim kemarau yang membuat beberapa daerah dilanda kekeringan, Luqman mengatakan bahwa ritual ulur-ulur masih dilaksanakan. "Ritual tetap dilaksanakan, di sana telaganya tidak pernah surut atau kering karena ada aliran sungai bawah tanah," katanya, Ahad (29/10/2023). (rin)

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image