Memelihara Tradisi Bujanggaan Ala Generasi Muda
DIPLOMASI REPUBLIKA, INDRAMAYU--Bujanggaan merupakan tradisi pembacaan manuskrip sebagai media untuk menyebarkan ilmu pengetahuan, agama, dan nilai-nilai luhur kearifan lokal yang dilaksanakan oleh masyarakat Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Tradisi ini telah hadir di tengah-tengah masyarakat Indramayu sejak abad ke-19. Namun, seiring dengan perkembangan tren dan dominasi teknologi, tradisi Bujangaan terancam punah.
Oleh karena itu, Yayasan Surya Pringga Dermayu menginisiasi program pelestarian dalam bentuk Festival Bujanggaan. Festival yang bertajuk “Senandung Bujangga di Kota Mangga” dilaksanakan pada Sabtu (30/9/2023) di Desa Cikedung Lor, Kecamatan Cikedung, Indramayu.
Pengusulan tradisi Bujanggaan untuk menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) telah dilakukan sejak tahun 2019 oleh (Alm) Ki Tarka Sutarahardja dan dilanjutkan oleh putri kandungnya, Sri Tanjung Sugiarti Tarka. Perjuangan melestarikan tradisi yang hampir punah itu masih dilakukan hingga kini. Upaya tersebut pun membuahkan hasil yang menggembirakan karena pada tahun 2023, tradisi Bujanggaan resmi masuk sebagai WBTB Indonesia.
Sri Tanjung yang juga merupakan ketua Yayasan Surya Pringga Dermayu menyatakan penyematan label WBTB menjadi motivasi untuk terus-menerus melestarikan tradisi leluhur. "Salah satu upayanya adalah mencari regenerasi karena banyak pelaku Bujanggaan yang tutup usia dan belum sempat mewariskan ke generasinya," katanya, seperti dikutip dari pernyataan resminya, Senin (9/10/2023).
Kegiatan tersebut juga melibatkan maestro tradisi Bujanggaan Indramayu, Ki Lebe Warki dan para seniman dari sanggar-sanggar yang ada di Indramayu. Ki Lebe Warki mengungkapkan harapannya mengenai keberlangsungan tradisi Bujanggaan. “Di usia saya yang tidak lagi muda, saya berharap ada generasi penerus yang mau terus mengupayakan pelestarian tradisi ini," katanya dalam kesempatan yang sama.
Menurut dia, upaya yang dilakukan oleh Yayasan Surya Pringga Dermayu ini melalui dukungan pemerintah diharapkan, dapat menjadi tonggak penting dalam mencegah kepunahan tradisi Bujanggaan. Apalagi, dengan dukungan generasi muda melalui kegiatan pelestarian ini, tradisi Bujanggaan diusahakan untuk mengikuti zaman. Di antaranya, dialihwahanakan dalam bentuk komik digital dan difilmkan dalam karya dokumenter, seperti yang dijelaskan Rahmatia dari Yayasan Surya Pringga Dermayu.
"Kegiatan ini adalah program terakhir dari empat proker yang kami kerjakan selama satu tahun, yaitu penerjemahan manuskrip, alih media komik digital, film dokumenter Bujanggaan, dan festival tradisi Bujanggaan,” katanya.
Dia mengatakan alih media naskah kuno menjadi komik digital dapat diakses secara terbuka melalui laman http://bujangga.id. “Hal ini menjadi salah satu usaha anak-anak muda Indramayu untuk mendukung tradisi Bujangaan agar lebih dikenal dan familiar di masyarakat pemiliknya, mengingat tradisi ini sudah masuk menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB),” kata Rahmatia yang juga sedang menempuh studi doktoral di Universitas Indonesia ini.
Selain pelestarian Bujanggaan, festival “Senandung Bujangga di Kota Mangga” ini menjadi momentum upaya sinergitas seluruh elemen pelestari seni dan budaya lokal menjelang hari jadi Indramayu yang ke-496. Sri Tanjung menyebutkan bahwa festival ini juga diisi dengan kesenian tradisi yang ada di Indramayu. "Kami menghadirkan pula beragam pertunjukan seni mulai dari Tari Topeng Indramayu, Tari Rudat Krasak, Tari Klana, Tari Rangdu Kentir, Tari Ronggeng Ketuk, dan Berokan," kata Sri Tanjung dalam sambutannya.
Bupati Indramayu, Nina Agustina, turut mengapresiasi kegiatan tersebut. “Dukungan penuh terhadap kegiatan ini merupakan bentuk nyata hadirnya pemerintah, baik pusat maupun daerah terhadap masyarakat untuk bersama-sama melestarikan seni dan tradisi yang ada di Kabupaten Indramayu demi kemaslahatan masyarakat," katanya.
Festival pun berlangsung meriah karena melibatkan seluruh elemen masyarakat, budayawan, seniman, dan akademisi. Selain itu, kegiatan juga dihadiri perwakilan Kemendikbudristek dan Pemerintah Kabupaten Indramayu melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Indramayu, Dinas Perpustakaan dan Arsip Indramayu, Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Indramayu, Pemerintah Desa Cikedung Lor, dan Dewan Kesenian Indramayu.
Pertunjukan tradisi Bujanggaan dalam “Senandung Bujangga di Kota Mangga” ini menjadi akhir dari rangkaian program pelestarian yang digagas oleh Yayasan Surya Pringga Dermayu. Program ini juga mendapat dukungan dari program Dana Indonesiana Kemendikbudristek tahun 2022. (rin)